Kedutan Otot dan Kesemutan Jadi Salah Satu Gejala Alkalosis, Ini Penjelasan dari PAFI Banyuwangi

Photo Author
- Jumat, 13 Desember 2024 | 13:05 WIB
Salah satu gejala alkalosis adalah rasa mual dan ingin muntah. (FREEPIK/JCOMP)
Salah satu gejala alkalosis adalah rasa mual dan ingin muntah. (FREEPIK/JCOMP)

KRjogja.com - SALAH SATU gangguan kesehatan yang kerap tidak disadari penderitanya, adalah alkalosis. Kondisi terjadi saat darah mengandung terlalu sedikit asam sehingga kandungan basa atau alkalin lebih banyak.

Menurut penjelasan dari Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Banyuwangi (pafibanyuwangi.org), darah membutuhkan keseimbangan yang tepat dari senyawa asam dan basa agar berfungsi dengan baik.

Ginjal dan paru-paru bekerja untuk menjaga keseimbangan asam-basa. Sedikit gangguan keseimbangan asam basa, dapat berdampak signifikan pada organ vital tubuh.

Tingkat asam dan basa diukur pada skala pH. Peningkatan keasaman menyebabkan tingkat pH turun. Peningkatan basa menyebabkan tingkat pH meningkat. Ketika kadar asam dalam darah terlalu tinggi, itu disebut asidosis. Sementara saat darah terlalu basa, itu disebut alkalosis.

Ketika mengalami alkalosis, hal itu berarti kadar karbon dioksida dalam tubuh berada dalam tingkat yang rendah. Ini menyebabkan tubuh melepaskan lebih banyak bikarbonat untuk mengembalikan tingkat pH darah kembali normal yang disebut alkalosis terkompensasi.

Gejala yang muncul pada penderita alkalosis adalah kedutan otot, tremor tangan, kejang otot, mati rasa serta kesemutan, mual, muntah, pusing, kebingungan hingga kehilangan kesadaran dan hampir pingsan

Salah satu jenis alkalosis adalah alkalosis pernapasan atau respiratorik. Ini terjadi ketika darah memiliki kadar karbon dioksida yang rendah.

Beberapa penyebabnya di antaranya kekurangan oksigen, berada di dataran tinggi, demam, mengidap penyakit paru-paru, penyakit hati serta keracunan salisilat.

Pada situasi ini, tingkat pH darah yang dites akan menunjukkan ukuran normal, namun ginjal melepaskan lebih banyak bikarbonat. Tujuannya untuk mengimbangi tingkat karbon dioksida yang lebih rendah.

Ketika darah mengandung terlalu banyak bikarbonat, maka itu disebut alkalosis metabolik. Ini bisa terjadi karena muntah yang berkepanjangan.

Alkalosis metabolik ini jauh lebih sering terjadi daripada jenis respiratorik. Namun pasien bisa pula mengalami kedua jenis alkalosis itu sekaligus.

Alkalosis, baik yang ringan maupun yang kronis, bisa berlangsung tanpa gejala yang nyata. Biasanya seseorang mengetahui ia mengidap alkalosis, ketika ia sudah menjalani pemeriksaan di dokter.

Untuk mendiagnosis alkalosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan meminta pasien menjalani sejumlah tes.

Dokter akan mengecek kadar bikarbonat, kalium, dan klorida dalam darah atau urine. Dokter juga akan memeriksa riwayat kesehatan pasien dan menanyakan gejala yang dialami untuk mengidentifikasi faktor risiko atau kemungkinan penyebab kondisi yang dialami pasien.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB
X