Konsumsi Obat Penghambat Pembesaran Prostat Harus Sesuai Dosis, PAFI Salore Ingatkan Efek Sampingnya

Photo Author
- Rabu, 7 Mei 2025 | 23:30 WIB
Gejala pembesaran prostat antara lain sering buang air kecil di malam hari, aliran urin lemah dan terasa tidak tuntas. (PEXELS/KETUT SUBIYANTO)
Gejala pembesaran prostat antara lain sering buang air kecil di malam hari, aliran urin lemah dan terasa tidak tuntas. (PEXELS/KETUT SUBIYANTO)

KRjogja.com - MASALAH pembesaran prostat atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) semakin sering ditemukan pada pria berusia di atas 50 tahun.

Kini, perkembangan di bidang farmasi menghadirkan berbagai jenis obat pencegah dan penghambat pembesaran prostat yang dinilai efektif menurunkan risiko komplikasi dan memperbaiki kualitas hidup pasien.

Menurut penjelasan dari Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Salore (pafisalore.org), obat pencegah pembesaran prostat umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu alpha-blocker dan 5-alpha-reductase inhibitor.

Obat alpha-blocker seperti tamsulosin bekerja dengan cara melemaskan otot di sekitar kandung kemih dan prostat, sehingga memudahkan buang air kecil.

Sementara obat 5-alpha-reductase inhibitor seperti finasteride dan dutasteride berfungsi menurunkan kadar hormon dihidrotestosteron (DHT) yang memicu pembesaran prostat.

Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang dari obat golongan 5-alpha-reductase inhibitor dapat memperlambat pertumbuhan jaringan prostat dan mengurangi risiko operasi prostat hingga 50 persen.

Namun meminum obat pencegah prostat tidak bisa sembarangan, harus dengan resep dokter dan dosisnya harus sesuai.

Jika salah penggunaan, pasien bisa mengalami efek samping seperti gangguan libido, disfungsi ereksi, dan volume ejakulasi menurun.

Meski ada potensi efek samping, PAFI Salore menjelaskan bahwa obat-obatan yang disebutkan di atas relatif aman jika digunakan sesuai dosis dan dipantau secara rutin.

Pemeriksaan PSA (Prostate-Specific Antigen) dan USG prostat perlu dilakukan secara berkala, terutama bagi pria yang sudah memasuki usia 50 tahun.

Lebih dianjurkan lagi jika yang bersangkutan sudah mengalami gejala pembesaran prostat, seperti sering buang air kecil di malam hari, aliran urin lemah, atau merasa tidak tuntas saat buang air kecil.

PAFI Salore mengimbau masyarakat untuk tidak sembarangan mengonsumsi suplemen atau produk herbal tanpa rekomendasi medis, karena dapat menimbulkan efek samping atau interaksi obat yang tidak diinginkan.

Dengan pengelolaan yang tepat, obat pencegah prostat dapat menjadi bagian penting dari upaya preventif terhadap komplikasi saluran kemih bawah serta kanker prostat.

Lebih lanjut, prostat bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat dan melakukan pemeriksaan rutin. Gangguan prostat bisa dicegah atau terdeteksi lebih awal sehingga penanganannya lebih efektif.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB
X