Awas, Mata Kering Bisa Menjadi Awal Penyakit Autoimun

Photo Author
- Rabu, 16 Juli 2025 | 17:30 WIB
dr. Niluh Archi, SpM (dr. Manda), Dokter Spesialis Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, di Jakarta, Rabu (16/7).  (Ida)
dr. Niluh Archi, SpM (dr. Manda), Dokter Spesialis Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, di Jakarta, Rabu (16/7). (Ida)


KRJOGJA.com —Jakarta — Gejala mata kering yang sering dianggap sepele ternyata bisa menjadi indikasi awal dari penyakit autoimun yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi, justru menyerang jaringan sehat tubuh sendiri.

Mata kering bukanlah sebuah kondisi ringan. Bagi sebagian pasien, mata kering justru bisa menjadi indikasi proses autoimun yang berlangsung diam-diam di dalam tubuh,” kata dr. Niluh Archi, SpM (dr. Manda), Dokter Spesialis Mata Kering dan Lensa Kontak, JEC Eye Hospitals and Clinics, di Jakarta, Rabu (16/7).

Dikatakan, sebuah studi menemukan 10-95 persen pasien dengan gangguan sistem imun mengalami mata kering. Sementara itu, American Academy of Ophthalmology menyebut 10 persen pasien dengan penyakit mata kering mengalami Sindrom Sjögren (SS) - yakni jenis autoimun kronis yang menyerang kelenjar air mata dan menyebabkan peradangan pada permukaan mata.

Baca Juga: 4 Klub Sudah Lolos ke Piala Dunia Antarklub 2029: Ada PSG, Chelsea Belum

Namun, dua pertiga dari kasus tersebut tidak terdiagnosis. Tanpa penanganan dini dan tepat, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti luka pada kornea, infeksi, bahkan gangguan penglihatan permanen.

Di Indonesia, prevalensi mata kering sendiri mencapai 27,5 persen hingga 30,6 persen, menjadikannya salah satu kondisi mata yang paling umum namun seringkali luput dari deteksi medis. JEC sendiri sepanjang dua tahun terakhir (2023-2025) telah melayani 72.000 pasien mata kering di seluruh cabang jaringannya.

Terkait Sindrom Sjörgen, sayangnya Indonesia belum memiliki data spesifik mengenai mata kering akibat jenis autoimun ini. Kurangnya kesadaran dan minimnya edukasi membuat banyak pasien tidak menyadari bahwa gejala yang mereka alami bisa jadi merupakan sinyal dari kondisi sistemik yang lebih kompleks.

Baca Juga: Bunga ini Paling Ditakuti Ular untuk Cegah Masuk Rumah

Sindrom Sjögren menjadi salah satu contoh paling umum, yakni ketika sistem imun menyerang kelenjar penghasil air mata dan air liur, sehingga penderitanya bisa mengalami mata kering sekaligus mulut kering secara bersamaan. Selain Sindrom Sjögren, penyakit autoimun lain juga dapat memicu mata kering, antara lain lupus, rheumatoid arthritis (RA), dan scleroderma. Keempatnya dapat menyebabkan inflamasi sistemik yang turut berdampak pada permukaan mata.

Untuk itu, lewat Bulan Kesadaran Mata Kering yang konsisten JEC gaungkan, kami ingin masyarakat tidak mengabaikan keluhan mata kering. “Sebab, bisa jadi keluhan tersebut mencerminkan masalah kesehatan sistemik yang perlu ditangani seawal mungkin,” ujarnya.

Sementara itu, DR. Dr. Laurentius Aswin Pramono, M.Epid, SpPD-KEMD, Dokter Penyakit Dalam, JEC Eye Hospitals and Clinics menjelaskan, dalam banyak kasus, gejala awal penyakit autoimun sering kali muncul dalam bentuk yang tidak spesifik. Salah satunya, timbulnya mata kering. Karena itu, kolaborasi multidisiplin antara dokter mata dan dokter penyakit dalam menjadi sangat penting untuk mengenali pola-pola peradangan sistemik sejak dini.

Baca Juga: Midea Electronic Indonesia Bidik Pertumbuhan 70 Persen

“Melalui pemeriksaan mata yang teliti, pasien bisa diarahkan untuk evaluasi lebih lanjut yang mungkin menyelamatkan organ lain dari kerusakan permanen,” ujarnya.

Melihat kompleksitas penyebab dan dampak mata kering, terutama yang terkait dengan gangguan sistemik seperti autoimun, penanganannya jelas memerlukan lebih dari sekadar solusi pereda sementara.

Dibutuhkan pendekatan menyeluruh yang tidak hanya mengatasi gejala, tetapi juga menggali dan memahami kondisi mendasar yang menyebabkannya. Di sinilah pentingnya layanan dengan teknologi diagnostik yang akurat, tim medis berpengalaman, serta kolaborasi multidisiplin antara dokter mata, penyakit dalam, dan reumatologi untuk memastikan pasien dengan dry eye akibat autoimun mendapatkan penanganan yang tepat, menyeluruh, dan berkelanjutan. (Lmg)

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB
X