kesehatan

Berat Badan Anak Susah Naik Tanda Kekurangan Gizi? Ini Penjelasan Bidan Desiana

Rabu, 10 Januari 2024 | 20:40 WIB
Bidan Desi (Istimewa)



Krjogja.com - YOGYA - Orangtua sering khawatir jika tubuh anak kurus atau berat badan anak susah naik. Pasalnya, seringnya gejala berat badan kurang pada anak bisa menjadi tanda kekurangan gizi atau menderita kondisi medis tertentu yang memerlukan perawatan.

Gejala berat badan kurang pada anak perlu diwaspadai karena hal ini dapat menandakan gangguan pertumbuhan. Dalam perbincangannya bersama Doodle Exclusive Baby Care, Bidan Desiana Trisni mengatakan bahwa seorang ibu harus mengetahui pengertian seret juga kurva kenaikan berat badan anak yang normal.

"Seret yang dimaksud para ibu adalah kenaikan sedikit demi sedikit tetapi mengalami kenaikan atau dari bulan ke bulan berat badannya sama saja kurvanya mendatar atau melandai atau bahkan turun. Hal inilah yang harus dipahami terlebih dahulu seret yang dipahami ibu persepsi seperti apa," ungkapnya, Rabu (10/1/2024).

Baca Juga: Tersangka Kasus Perdagangan Anjing Beli Perekor Rp 250 Ribu

Ditambahkan Bidan Desi, sapaan akrab Desiana, faktor penyebab yang paling mudah diingat yakni asupan nutrisi dan asupan gizi. Perlu diketahui asupan nutrisi ini menyebabkan ketidaktahuan atau tidak mampu.

Salah satu faktor penyebab berat badan bayi naik turun adalah apakah seorang ibu sudah mengetahui belum asupan nutrisi kebutuhan gizi di usia anaknya saat ini berapa gram perharinya, kalorinya berapa besar yang disesuaikan dengan berat badan anak yang seharusnya.

"Pengetahuan tentang pemberian nutrisi sudah banyak dimedia jadi memang harusnya ketidaktauan bisa ditanggulangi lebih awal. Untuk itu sebagai orang tua harus tau asupan nutrisi yang harus digali lagi untuk orang tua yang mengeluh berat badannya seret,” terangnya.

Baca Juga: Tersisa 6 Wakil Indonesia di Malaysia Open 2024, Siapa Saja?

Pemilik House of Neny mom and baby care ini menambahkan selain asupan nutrisi penyebab lain dari berat badan bayi tidak mengalami peningkatan adanya gangguan penyerapan akibat ada penyakit lain seperti Anemia defisiensi besi juga jantung bawaan. Nutrisi saja bisa tercukupi tetapi tidak bisa diserap oleh tubuh karena faktor-faktor tersebut.

“Selain itu, metabolisme yang meningkat seperti batuk pilek yang berulang juga salah satu faktor naik turunnya berat badan bayi naiknya sedikit atau seret,” tandasnya.

Bidan Desi juga menjelaskan bahwa belakangan anak kerap mengalami anemia. Semakin canggih dan penyebarannya semakin luas membuat para ibu juga banyak yang paham tentang kasus anak yang mengalami anemia.

Baca Juga: Detail Kasus Lee Sun Kyun Versi Dispatch, Begini Ceritanya

Anemia terjadi karena kekurangan hemoglobin atau sel darah merah di mana defisiensi besi menyebabkan sel darah merah menjadi turun dan membuat muda mudah mudah mati. Alhasil anemia bisa membuat terganggunya penyerapannya.

“Sel darah merah yang tidak cukup membuat metabolisme anak menjadi tidak optimal. Sel Darah Merah juga merupakan alat transportasi yang membawa oksigen. Dimana oksigen memiliki banyak fungsi untuk tubuh manusia zat-zat penting yang disalurkan keseluruh tubuh dari otak keseluruh tubuh yang mendukung semua badan," katanya.

Sedangkan metabolisme optimal yang dibutuhkan adalah energi, protein dan oksigen. Oksigen tadi dipengaruhi oleh hemoglobin atau sel darah merah. Jika sel darah merah rendah maka metabolisme terganggu.

Baca Juga: OJK Bakal Buka Lowongan Kerja Besar-besaran di Tahun 2024, Cek Syaratnya!

Para orangtua juga diminta mengamati tidaknya penyakit jantung bawaan yang juga membuat berat badan anak seret. Jika anak mengalami jantung bawaan anak tersebut mudah ngos-ngosan sehingga ketika minum Air Susu Ibu (ASI) akhirnya pelekatannya mudah lepas.

Ketika menyusu membutuhkan tenaga karena itu capek yang mudah sehingga nutrisi dan kalori yang masuk ke tubuh menjadi tidak maksimal. Hal ini membuat metabolisme menjadi terganggu dan membuat berat badan menjadi tidak maksimal.

Bidan Desi meminta orangtua mewaspadai berat badan naik turun masih sangat mungkin terjadi pada 1000 hari pertama setelah bayi lahir hingga usia 2 tahun. Berat badan bayi yang naik turun akan mempengaruhi perkembangan otak.

Baca Juga: BigBox Permudah BPOM Awasi Obat dan Makanan melalui Media Sosial

“Kalau stunting parameternya tinggi badan menurut usia, tinggi badan tidak sesuai dengan teman seusianya. Bedanya dengan membuang berat badan, berat badannya lebih mungil dari teman sebayanya. Mungkin tingginya sama dengan teman seusianya tetapi memiliki berat badannya dibawah teman sebayanya sehingga tampak lebih kurus. Kalau dilihat dari kurva dari buku KIA jika stunting berat badan menurut usia dibawah min 2 dari standart deviasi sedangkan wasting berat badan menurut tinggi badan dibawah min 2 standart deviasi,” tambahnya.

Anak-anak yang terindikasi stunting jangka panjang di masa orang tua akan mudah terkena penyakit cardio vaskuler seperti jantung, stroke dan diabetes karena sejak awal kehidupannya tidak seimbang adanya gangguan metabolisme akibat kekurangan nutrisi.

“Stunting pengertiannya adanya masalah gizi kronis disebabkan karena kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Karena 1000 hari pertama kehidupan sejak awal ibu hamil. Sehingga saat ini meninggal karena awal ibu mengandung karena akan berkelanjutan di kehidupan mendatang,” tutupnya. (*)

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB