kesehatan

Sleep Apnea Bisa Berbahaya, Berikut Penjelasan dari IDI Bima

Kamis, 5 Desember 2024 | 11:22 WIB
Mendengkur saat tidur adalah salah satu ciri-ciri sleep apnea. (pexels)

KRjogja.com - GANGGUAN dalam tidur yang seringkali tidak disadari dampak bahayanya adalah sleep apnea atau apnea tidur. Sleep apnea ini adalah gangguan yang menyebabkan pernapasan berhenti sementara saat sedang tidur. Pengidap sleep apnea bisa mengalami henti napas selama beberapa detik, dan bisa terjadi hingga ratusan kali saat tidur.

Sleep apnea ini dapat membahayakan karena menyebabkan organ-organ tubuh kekurangan oksigen. Menurut keterangan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bima (idibima.org), sleep apnea bisa memicu komplikasi gangguan kesehatan yang beragam, mulai dari yang ringan seperti sakit kepala hingga penyakit serius seperti hipertensi, serta gangguan fungsi organ hati dan jantung.

Gejala sleep apnea dapat dirasakan pada saat tidur dan setelah bangun tidur. Dalam keadaan tidur, penderita kondisi ini tidak akan menyadari gejala yang ada, tetapi bagi orang di sekitarnya hal tersebut bisa sangat terlihat.

Beberapa gejala umum yang terjadi pada penderita slep apnea pada saat tidur antara lain mendengkur atau mengorok dengan suara yang keras, nafas terhenti selama beberapa kali dan berlangsung sangat sering. Selain itu, pada saat mengambil napas, penderita sleep apnea akan terengah-engah serta sering terbangun dari tidur karena batuk atau merasa napas berat seperti tercekik.

Pengidap sleep apnea baru akan merasakan gejala setelah bangun tidur di pagi hari, yaitu merasa badan tidak bugar, kelelahan, serta mulut kering dan nyeri kepala.

Selanjutnya, penderitanya akan merasakan rasa kantuk berlebihan di siang hari, dan dalam jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan sulit berkonsentrasi, penurunan daya ingat, penurunan libido, serta mudah marah.

Sleep apnea dapat dipicu oleh sejumlah faktor. Adapun beberapa jenis sleep apnea berdasarkan penyebabnya, yang pertama adalah obstructive sleep apnea (OSA), yaitu kondisi terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks sehingga menyebabkan saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas.

Jenis yang kedua adalah central sleep apnea (CSA), yaitu kondisi yang terjadi ketika otak tidak bisa mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan.

Yang ketiga adalah complex sleep apnea, yang merupakan gabungan dari OSA dan CSA. Dikenal juga dengan sebutan treatment-emergent central sleep apnea.

Dalam beberapa kondisi, risiko mengalami sleep apnea lebih tinggi, yaitu biasanya laki-laki dengan usia 40 tahun ke atas yang mengalami obesitas, memiliki leher yang tebal, biasa mengonsumsi minuman beralkohol serta merokok.

IDI Bima merekomendasikan untuk penderita dengan gejala-gejala tersebut untuk berkonsultasi ke dokter, atau ketika ada orang lain yang memberi tahu Anda mengalami gejala saat tidur, seperti henti napas. Dokter bisa melakukan pemantauan saat pasien sedang tidur.

Jenis tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi sleep apnea meliputi nocturnal polysomnography, yaitu pasien akan dipasangkan alat yang memonitor aktivitas jantung, paru-paru, dan otak, pola napas, pergerakan tangan dan kaki, serta tingkat oksigen dalam darah saat sedang tidur.

Pasien disediakan alat untuk dibawa pulang yang berfungsi memonitor detak jantung, kadar oksigen dalam darah, aliran udara, dan pola napas saat sedang tidur.

Terkait penanganan, untuk sleep apnea yang masih tergolong ringan dapat diatasi dengan merubah gaya hidup, seperti menurunkan berat badan, berhenti merokok, atau merubah posisi tidur.

Halaman:

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB