kesehatan

2,1 Miliar Orang Di Dunia Bakal Terkena Presbiopia, Apa Itu?

Sabtu, 9 Agustus 2025 | 07:52 WIB
Dokter spesialis mata RS Mata Dr Yap saat mengoperasi mata pasien.

KRJOGJA.COM - Jakarta - Dokter Subspesialis Katarak, Lensa dan Bedah Refraktif JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Nashrul Ihsan, Sp.M(K), mengatakan, pada tahun 2030 sekitar 2,1 miliar orang di dunia akan mengalami presbiopia atau mata tua, yakni penurunan kemampuan akomodasi lensa mata yang menyebabkan kesulitan melihat benda dekat.

Sementara masyarakat yang mengalami presbiopia pada usia 40 tahun ke atas mencapai 83 persen

“ Secara global sekitar 25 persen populasi dunia mengalami presbiopia, atau diperkirakan pada 2030 mendatang, sekitar 2,1 miliar orang,” kata Nashrul Ihsan, di Jakarta, Kamis (7/8).

Baca Juga: Dosen PIPS UNNES dan MGMPIPS Kota SemarangTanamkan Gaya Hidup Berkelanjutan Lewat Game Edukatif di Kelas

Dikatakan, sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa pasien presbiopia, baik di negara berpenghasilan tinggi maupun rendah, mengalami penurunan kualitas hidup. Presbiopia yang tidak terkoreksi mengakibatkan penderita dua kali lebih sulit melakukan tugas-tugas yang membutuhkan penglihatan jarak dekat. Kesulitan ini meningkat hingga delapan kali lipat untuk tugas penglihatan jarak dekat yang sangat intens.

Lebih-lebih, 12 persen pasien presbiopia memerlukan bantuan dalam menjalankan tugas rutin, yang pada akhirnya dapat memicu tekanan mental dan penurunan harga diri.

Sementara untuk Indonesia sendiri, sekitar 86,3 juta populasi Indonesia berusia 45 tahun ke atas terancam presbiopia atau mata tua, yakni penurunan kemampuan akomodasi lensa mata yang menyebabkan kesulitan melihat benda dekat.

Baca Juga: Nasabah BPD DIY Menang Rp100 Juta di Undian Simpeda Nasional ke-36

Dikatakan, penggunaan kacamata dianggap sebagai solusi lazim bagi para penyandangnya yang sayangnya berpotensi menghambat aktivitas, bahkan menurunkan kualitas hidup.

Mendobrak pandangan umum tersebut, JEC Eye Hospitals and Clinics memperkenalkan prosedur Refractive Lens Exchange (RLE) berupa penggantian lensa mata yang bertujuan mengurangi kebutuhan kacamata/lensa kontak.

Diperkuat teknologi Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS) yang berpresisi tinggi dan minim risiko, prosedur RLE memungkinkan kalangan pasien presbiopia segera terbebas dari ketergantungan berkacamata atau menggunakan lensa kontak.

Baca Juga: Organisasi Perangkat Daerah Dirampingkan, Peluang Promosi Jabatan Menyempit

“Prevalensi presbiopia secara global terus meningkat seiring bertambahnya harapan hidup dan intensitas tuntutan penglihatan dekat di era modern, seperti penggunaan ponsel. Padahal kalangan 40 tahun ke atas biasanya mulai menjalani usia emas lantaran berada di puncak periode produktif, atau sedang menikmati masa senior bersama keluarga. Lebih dari sekadar membatasi aktivitas keseharian, presbiopia bisa berdampak secara psikologis, bahkan ekonomi “ ujarnya.

Dipaparkan, presbiopia memiliki gejala khas yang mudah dikenali dalam keseharian, antara lain kesulitan melihat objek atau tulisan pada jarak dekat. Secara naluriah, penderitanya akan menjauhkan objek tersebut agar dapat terlihat/terbaca dengan lebih jelas. Kondisi ini sering disertai dengan gejala sekunder berupa kelelahan mata, sakit kepala setelah membaca atau melakukan pekerjaan detail dengan fokus pandangan jarak dekat (seperti memasukkan benang ke jarum atau membaca label barang berhuruf kecil).

Halaman:

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB