kesehatan

UGM Kembangkan Konsep 'Rasa Rumangsa' untuk Kesehatan Mental, Terbukti Mampu Kurangi Beban Keluarga Skizofrenia

Jumat, 22 Agustus 2025 | 13:00 WIB
Ilustrasi (freepik)

Krjogja.com - YOGYA - Konsep filosofi Jawa, rasa rumangsa, kini secara resmi memasuki ranah psikologi ilmiah. Melalui disertasi seorang mahasiswi doktoral Fakultas Psikologi UGM, Sheilla Varadhila Peristianto, konsep ini berhasil dirumuskan menjadi variabel psikologis yang valid dan reliabel.

\Penelitiannya menunjukkan bahwa rasa rumangsa dapat menjadi strategi efektif untuk menurunkan beban subjektif pada keluarga yang merawat individu dengan skizofrenia, dengan mengoptimalkan dukungan sosial.

Baca Juga: Kapolres Sukoharjo Pimpin Sertijab Pejabat Utama dan Kapolsek Jajaran

Dalam ujian terbuka promosi doktornya pada Selasa (19/8), Sheilla menjelaskan bahwa rasa rumangsa adalah pemahaman diri yang mendalam secara batin. Konsep ini membimbing individu untuk menempatkan diri, menjaga hubungan baik, serta menciptakan harmoni, kedamaian, dan kesejahteraan sosial. Ia menuturkan, proses rasa rumangsa dimulai dari pengenalan diri secara fisik hingga pemahaman diri yang lebih mendalam.

"Sikap ini tercermin dalam tiga aspek: pikiran, perasaan, dan perilaku," ujar Sheilla, di bawah bimbingan promotor Prof. Drs. Subandi., M.A., Ph.D., Psikolog, dan ko-promotor Dra. Muhana Sofiati Utami, M.S., Ph.D., Psikolog.

Sheilla berhasil merumuskan konsep rasa rumangsa menjadi alat ukur yang terdiri dari 30 item. Alat ukur ini tidak hanya valid dan reliabel, tetapi juga menunjukkan korelasi positif dan kuat dengan self-awareness dan empati.

Baca Juga: Puncak Harlah ke 63 MAN 3 Bantul Luncurkan Program Inovasi Magis dan Sekaten

Keberhasilan ini membuka jalan bagi rasa rumangsa untuk diakui sebagai variabel psikologis yang relevan dengan konteks budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa.

Dalam disertasinya yang berjudul "Konsep Rasa Rumangsa dan Kaitannya Dengan Beban Subjektif Keluarga Yang Merawat Individu Dengan Skizofrenia.

Sheilla menguji alat ukur tersebut dalam konteks keluarga yang merawat penderita skizofrenia. Ia mengaitkan rasa rumangsa dengan variabel lain, yaitu dukungan sosial dan beban subjektif.

Penelitian ini menunjukkan bahwa rasa rumangsa berperan penting dalam memediasi hubungan antara dukungan sosial dan beban subjektif keluarga.

Sheilla menjelaskan bahwa rasa rumangsa bertindak sebagai strategi coping atau mekanisme adaptasi bagi keluarga. Keluarga yang memiliki rasa rumangsa akan mampu memahami diri secara mendalam, melibatkan emosi, dan berperilaku positif.

"Strategi coping inilah yang menjadikan keluarga selalu memahami, mengintrospeksi, dan turut merasakan yang dialami individu skizofrenia," terangnya.

Rasa rumangsa yang menjadi coping adaptif ini, lanjut Sheilla, meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencari dan mempersepsi dukungan sosial. Dukungan sosial ini dapat berupa bantuan informasi mengenai penanganan individu, penguatan positif, dan bantuan praktis lainnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB