kesehatan

70 Persen Anak di Indonesia Telat Terdiagnosis Diabetes Tipe 1, Ahli Endokrinologi Ingatkan Bahaya KAD

Rabu, 10 September 2025 | 19:26 WIB
Changing Diabetes in Children (CdiC) Lead, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.) mengungkapkan fakta memprihatinkan. (Rini Suryati )

JAKARTA- Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang terjadi akibat masalah sekresi insulin sehingga kadar gula darah tidak terkendali. Normalnya, glukosa darah diatur oleh hormon insulin yang diproduksi pankreas.

Namun pada penderita diabetes, glukosa tidak dapat diproses menjadi energi dan akhirnya menumpuk di darah.

Diabetes terbagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1, masalah utama adalah kerusakan sel beta pankreas yang memproduksi insulin.

Baca Juga: Kasus Affan Kurniawan, Kompol Kosmas dan Bripka Rohmad Kompak Banding Atas Putusan Sidang Etik

Kondisi ini membuat penderita sama sekali tidak dapat menghasilkan insulin sehingga disebut juga insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM).

Changing Diabetes in Children (CdiC) Lead, Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A, Subsp. End., FAAP FRCPI (Hon.) mengungkapkan fakta memprihatinkan. Menurutnya, sebanyak 70 persen anak di Indonesia usia 18 tahun ke bawah telat terdiagnosis diabetes tipe 1.

“Kita itu masih 70 persen pasien kita terdiagnosis telat dengan adanya ketoasidosis diabetik (KAD) ini. Ini kan bisa meninggal,” ujar Aman dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu.(10/9/2025) 

Baca Juga: Resmikan Logo Baru, Batavia Komitmen Hadirkan Investasi Terbaik

Aman menjelaskan bahwa negara dengan sistem kesehatan baik seharusnya memiliki angka KAD di bawah 20 persen. KAD adalah kondisi gawat darurat akibat gula darah sangat tinggi yang ditandai muntah, sesak napas, hingga penurunan kesadaran. Jika tidak segera ditangani, pasien berisiko meninggal dunia.

Lebih lanjut, ia mengungkap banyak kasus keterlambatan diagnosis karena masyarakat belum mengenal diabetes tipe 1 pada anak dan masih adanya tenaga kesehatan yang salah mendiagnosis penyakit ini.

“Jadi datang itu bisa dianggap asma, bisa dianggap apendiks atau usus buntu karena sakit perut, dalam satu kasus sampai dioperasi usus buntu, bisa dianggap pneumonia, ternyata diabetik tipe 1,” bebernya.

Baca Juga: Kontroversi Ahmad Sahroni dan Senjata Api: Antara Regulasi, Privilese, dan Integritas Pejabat Publik

Aman juga menegaskan perbedaan diabetes tipe 1 dengan diabetes tipe 2. Jika tipe 2 biasanya berkaitan dengan faktor keturunan dan gaya hidup, maka tipe 1 merupakan penyakit autoimun yang bisa dipicu infeksi virus.

Sebagai langkah nyata, Aman juga memimpin program Changing Diabetes in Children (CDiC). Program ini mendata anak-anak dengan diabetes tipe 1 di seluruh Indonesia untuk membantu mereka memperoleh akses insulin, alat pemantauan gula darah, edukasi, dan pendampingan demi meningkatkan kualitas hidup

Halaman:

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB