Mengukur Pertumbuhan Ekonomi

Photo Author
- Jumat, 17 Februari 2023 | 10:23 WIB
Dr. Rudy Badrudin, M.Si. adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI Yogyakarta, dan Peneliti Senior PT. Sinergi Visi Utama.
Dr. Rudy Badrudin, M.Si. adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI Yogyakarta, dan Peneliti Senior PT. Sinergi Visi Utama.

Krjogja.com - BEBERAPA hari belakangan ini, berita tentang perekonomian Indonesia khususnya info dan ulasan tentang utang, cadangan devisa, dan pertumbuhan ekonomi menghiasi media cetak dan media online. Tulisan ini akan menjelaskan kaitan antarinfo dan ulasan tersebut. Utang pemerintah per 30 Desember 2022 mencapai Rp7.733,99 triliun sehingga rasio utang pemerintah menjadi 39,57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut pemerintah, rasio utang pemerintah tersebut masih dalam batas aman, wajar, serta terkendali diiringi dengan diversifikasi portofolio yang optimal.


Berdasarkan jenis mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (rupiah) yaitu sebesar 70,75%. Dominasi ini untuk menjaga risiko nilai tukar dan menjadi salah satu upaya pemerintah dalam melindungi risiko volatilitas yang tinggi pada mata uang asing dan dampaknya terhadap pembayaran kewajiban utang luar negeri yang tercatat di Neraca Pembayaran Internasional. Dengan demikian, strategi pengelolaan utang luar negeri menjadi salah satu cara pemerintah dalam melindungi volatilitas perubahan nilai eksternal Rupiah.


Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2023 mencapai 139,4 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2022 sebesar 137,2 miliar dolar AS, akhir November 2022 sebesar 134,0 miliar dolar AS, dan akhir Oktober 2022 sebesar 130,2 miliar dolar AS. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Januari 2023 dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah serta penerimaan pajak dan jasa. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.


Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id.), posisi cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, menjaga stabilitas makroekonomi, dan sistem keuangan. Dengan demikian, strategi Bank Indonesia dalam menjaga posisi cadangan devisa menjadi salah satu cara Bank Indonesia dalam melindungi volatilitas perubahan nilai eksternal Rupiah.


Strategi pemerintah dalam mengelola utang luar negeri dan strategi Bank Indonesia dalam menjaga posisi cadangan devisa menjadi penting bagi stabilisasi perekonomian Indonesia khususnya dalam mencapai pertumbuhan ekonomi sesuai target. Perekonomian Indonesia tahun 2022 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp19.588,4 triliun. Ekonomi Indonesia tahun 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen (yoy), lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang tumbuh sebesar 3,70 persen (yoy).


Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 diprakirakan pada kisaran 4,5-5,3%, didorong oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Menurut Bank Indonesia, prakiraan tersebut berdasarkan naiknya mobilitas masyarakat (https://www.google.com/ covid19/mobility/?hl=id) pasca penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), dan berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN).


Dalam pencatatan Neraca Pembayaran Internasional, utang yang diterima akan dicatat dalam transaksi kredit pada neraca modal, sementara beban angsuran pokok yang dibayar akan dicatat dalam transaksi debit pada neraca modal dan untuk beban bunga utang akan dicatat dalam transaksi debit neraca jasa. Apabila strategi pemerintah dalam mengelola utang tepat maka akan berdampak terhadap penguatan neraca jasa ke arah surplus. Surplusnya neraca jasa akan berdampak terhadap surplusnya transaksi berjalan yang memuat pencatatan transaksi barang dan jasa.


Hal ini ditunjukkan pada kinerja transaksi berjalan pada kuartal III-2022 yang mencatatkan surplus sebesar US$ 4,4 miliar dolar atau 1,3% dari PDB, lebih tinggi daripada kuartal II-2022 yang sebesar US$ 4 miliar atau 1,2% dari PDB. Surplusnya transaksi berjalan dan ketepatan strategi pemerintah dalam mengelola utang akan berdampak terhadap perubahan cadangan devisa yang bertanda negatif, artinya cadangan devisa mengalami kenaikan. Hal ini ditunjukkan pada posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2023 yang mencapai 139,4 miliar dolar AS. Kenaikan posisi cadangan devisa akan menjadi modal positif dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun kelinci 2023. (Dr. Rudy Badrudin, M.Si. adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI Yogyakarta, dan Peneliti Senior PT. Sinergi Visi Utama)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X