Wayang Pembentuk Karakter Anak

Photo Author
- Selasa, 7 November 2017 | 11:17 WIB

SEBAGAI bangsa saat ini mengalami krisis moral yang multidimensi. Kekerasan dan pelanggaran hukum seakan menjadi hal biasa. Tragisnya, sejak dini mereka terdidik atau dididik yang menjauhkan diri dari budayanya. Keprihatinan tercuatnya nama-nama superhero yang dikenal adalah Batman, Power Rangers bukannya nama Yudhistira, Bisma, Semar dan lainnya, sudah acap terungkap.

Penetapan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Internasional, membuahkan kebanggaan tersendiri. Sebagai warisan budaya, dunia internasional mengakui. Dan kisah dalam wayang juga tetap eksis sebagai pembentuk karakter. Benarkah?

Perubahan

Wayang merupakan seni budaya Indonesia yang kaya akan nilai falsafah kehidupan dalam setiap pertunjukannya. Meskipun waktu terus berganti dan zaman selalu mengalami perubahan, wayang tetap eksis tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan tetapi pula dakwah maupun pendidikan serta pembentuk karakter anak. Melalui wayang dengan tokoh yang diceritakan serta cerita yang dijalankan terdapat nilai - nilai kebaikan di dalamnya, namun ada pula perilaku keburukan. Ada ketidakadilan, tetapi ada keadilan yang ditegakkan.

Selain itu tokoh - tokoh yang ada memiliki berbagai kepribadian, ada yang tamak dan mudah emosi tetapi ada pula yang selalu berbagi kepada sesamanya dan bijaksana. Seperti contoh cerita Sri Rama dan Arjuna. Kedua tokoh tersebut selalu diceritakan dan mengedepankan sebuah kebenaran dan keadilan, bertutur kata halus diimbangi dengan tingkah laku yang tertata dengan baik. Tidak salah bila ada yang mengartikan bahwa wayang sebagai sebuah gambaran perwatakan/karakter manusia yang dapat diartikan pula sebagai gambaran kehidupan manusia.

Tragisnya, banyak orang muda justru terbawa arus akibat perubahan zaman yang berkembang. Mereka bergaya dan bertingkah laku tidak sesuai dengan budaya Indonesia hanya karena belum mampu menyaring budaya yang diperolehnya. Bahkan mereka menganggap wayang hanya sebagai seni pajang bahkan dianggap sudah tidak trend karena sejak awal tidak suka terhadap wayang apalagi pertunjukannya. Padahal jika mau mengenal, menghayati maupun mempelajarinya mereka dapat lebih berkarakter.

Namun bukan waktunya menyalahkan generasi penerus mengapa mereka tidak menyukai wayang bahkan enggan melihat pertunjukan wayang. Bukan berarti terlambat untuk mengenalkan wayang (disertai wataknya) dan ceritanya kepada generasi penerus. Jika orangtua dapat menyadari bahwa wayang lewat pertunjukannya dapat dijadikan sebagai media tambahan pembentukan karakter anak, tentunya orangtua dapat lebih terbantu untuk menanamkan nilai - nilai pekerti tersebut.

Tinggal bagaimana upaya orangtua menanamkan kecintaan kepada wayang dan karakternya kepada anak beserta nilai pembelajaran yang bisa didapat dari pertunjukan wayang tersebut. Cara yang paling efektif yaitu dengan bercerita dan mengenalkannya melalui bahasa sesuai usia dimana wayang tersebut dikenalkan. Baik melalui buku cerita pewayangan ataupun melalui pengenalan tokoh wayang secara langsung.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X