TANGGAL 19 Mei merupakan hari istimewa bagi rakyat Iran. Hari ini mereka akan memilih presiden untuk periode 2017-2021. Perhelatan pemilu presiden (pilpres) ini tampaknya sangat memikat para kandidat presiden untuk memimpin Iran empat tahun mendatang. Terbukti, pendaftar dalam pilpres periode ini mencapai kurang lebih 1.600 kandidat, meski setelah melalui tahapan verifikasi yang ketat, akhirnya hanya 6 kandidat yang layak maju untuk duduk di kursi kepresidenan Iran.
Keenam kandidat presiden tersebut adalah Hassan Rouhani (incumbent), Ebrahim Raisi (hakim), Mohammad Baqer Qalibaf (Walikota Teheran), Eshaq Jahangiri (wakil presiden saat ini), Mostafa Mirsalim (mantan menteri kebudayaan) dan Mostafa Hashemitab (mantan menteri perindustrian dan perminyakan).
Tanpa menafikan kandidat yang lain, hanya dua kandidat yang diprediksikan akan mendominasi pertarungan pemilihan presiden tahun ini : Hassan Rouhani dan Ebrahim Raisi. Kedua tokoh ini telah menyiapkan strategi mereka masing-masing untuk menjadi yang terbaik dalam kontestasi politik saat ini. Tidak mengherankan jika para kandidat khususnya Rouhani dan Raisi akan beradu taktik dan strategi agar bisa duduk di kursi kepresidenan Iran.
Siapakah pemenang kontestasi ini? Ada dua hal penting yang harus bisa dipecahkan Rouhani dan Raisi. Kedua hal itu adalah persoalan ekonomi domestik Iran dan superioritas kawasan Timur Tengah. Kandidat yang bisa memberikan solusi terbaik baik atas kedua hal tersebut, maka sangat mungkin akan dipilih oleh rakyat Iran. Karena masalah ekonomi dan superioritas kawasan merupakan pertarungan kunci dalam pilpres kali ini.
Rouhani yang merupakan presiden Iran saat ini telah memiliki prestasi besar dalam masa pemerintahannya. Salah satu prestasi Rouhani sejak terpilih pada tahun 2013 adalah keberhasilannya dalam menyakinkan Barat bahwa program nuklir Iran dipergunakan bukan untuk kepentingan keamanan. Keberhasilan negosiasi Rouhani dengan Barat pada 2015 ini membuat Barat mencabut sebagian sanksinya atas Iran. Pencabutan sanksi ini kemudian sedikit banyak memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, pariwisata dan investasi luar negeri.
Sementara itu di level regional Timur Tengah saat ini, pertarungan pengaruh antara Iran dan Arab Saudi masih berlangsung. Kedua negara berusaha keras untuk menjadi superior bagi yang lain. Kasus Suriah dan Yaman adalah bukti konkret bagi pertarungan antara Arab Saudi dan Iran. Dalam konteks ini, Rouhani setidak-tidaknya bisa menunjukkan ke publik Iran bahwa jika nanti terpilih, Rouhani akan mampu mengantarkan Iran menjadi negara yang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Arab Saudi.
Raisi adalah seorang ulama konservatif yang dekat dengan Garda Revolusi. Mundurnya Qhalibaf dari pencalonan akan membuat kekuatan politik Raisi semakin solid karena Qhalibaf telah meminta pendukungnya untuk memilih Raisi. Terkait dengan isu ekonomi, Raisi telah berjanji ke pendukungnya jika terpilih, akan membuka lapangan pekerjaan bagi 6 juta orang. Untuk isu keamanan, secara umum tidak memberikan gambaran secara tegas terkait posisi Iran di Timur Tengah di masa yang akan datang.
Pertarungan Rouhani dan Raisi tentu sangat menarik untuk dicermati karena pilpres kali ini menampilkan pertarungan antara kelompok reformis atau moderat (Rouhani) dan kelompok konservatif (Raisi). Jajak pendapat yang dilakukan Iranian Student Polling Agency pekan lalu menunjukkan, Rouhani memimpin sementara dengan perolehan suara 41,6%. Pundipundi suara Rouhani diprediksi akan bertambah dengan mundurnya Eshaq Jahangiri. Karena Jahangiri ingin memuluskan jalan atasannya, yakni Rouhani untuk menjadi presiden lagi.