REKAYASA produk pangan sudah menjadi konsumsi harian. Makanan kemasan, instan maupun camilan penunda lapar banyak beredar di pasaran. Kantin, cafÈ bahkan gerai restoran cepat saji menjamur di setiap sudut jalanan. Cake, pudding, susu, bahkan kopi selalu menjadi tradisi teman nongkrong mengasyikkan di gerai makanan. Tradisi sarapan-pun bisa digantikan dengan satu sachet minuman instan berenergi. Berbagai minuman kemasan mampu menggantikan konsumsi air mineral. Aneka rasa mie instan menjadi makanan alternatif harian tanpa mempertimbangkan kecukupan gizi dan tingginya natrium dalam kemasan.
Secara tidak disadari, perubahan budaya makan ini mampu mempengaruhi kondisi tubuh. Konsumsi makanan tinggi lemak, gula maupun garam tidak bisa dihindari. Akibatnya, pertumbuhan penyakit tidak menular seperti diabetes, jantung, hipertensi maupun kanker pun semakin tinggi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian pertama dan diabetes menempati posisi keempat di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, untuk wilayah DIY, diabetes memegang posisi tertinggi disusul dengan penyakit kanker.
Tiga Perilaku
WHO sampai dengan hari ini masih gencar menggalakkan tiga perilaku utama yang harus diperbaiki untuk menangani Penyakit Tidak Menular (PTM). Pertama, tidak merokok ataupun menghindari asap rokok. Fakta menunjukkan bahwa sebagai perokok pasif juga cukup berbahaya. Efeknya hampir sama dengan perokok aktif. Kedua, pengelolaan makanan dengan makan lebih banyak sayur dan buah (5 porsi sayur dan buah perhari). Intinya, untuk hidup sehat senantiasa mengonsumsi makanan tinggi serat. Ketiga, olahraga teratur dan terukur, setidaknya minimal 150 menit perminggu, bisa dibagi dalam 30 menit; 20 menit dan seterusnya sesuai jadwal yang diharapkan.
Pergeseran paradigma 4 sehat 5 sempurna (nasi, sayur, lauk, buah, segelas susu) pun mulai digalakkan menjadi 10 pesan gizi seimbang : Syukuri dan nikmati anekaragam makanan; banyak makan sayur dan cukup buah; konsumsi lauk pauk berprotein tinggi; Kemudian konsumsi aneka ragam makanan pokok; batasi konsumsi makanan manis, asin dan berlemak; biasakan makanan pagi; minum air putih yang cukup; Selanjutnya baca label kemasan makanan; biasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir; serta berolahragalah secara teratur dan jaga berat badan normal. Pemerintah tidak lagi memberikan edukasi untuk mencukupi gizi makanan harian, akan tetapi sudah mengarahkan masyarakat untuk ‘mengatur’ pola asupan makanan.
Masyarakat Cerdas
Menjalani hidup sehat di tengah paparan lingkungan yang berpolusi, makanan berpengawet, buah dan sayur berpestisida tentu tidaklah mudah. Masyarakat harus cerdas dan selektif memilih makanan maupun menciptakan lingkungan sehat. Dimulai dari tindakan kecil seperti membawa bekal makanan dari rumah, berani mengatakan tidak dan disiplin pada makanan yang berpengawet ataupun tidak sehat. Kemudian menerapkan lingkungan bebas asap rokok, maupun membaca dengan teliti setiap label kandungan bahan makanan kemasan serta konsumsi air putih secukupnya. Setidaknya hal tersebut mampu membatasi paparan zat makanan berbahaya bagi tubuh.
Gaya hidup sehat mempunyai artian sangat luas. Membangun kesadaran sehat bisa diupayakan untuk semua lapisan masyarakat. Kemampuan mengaplikasikan kebiasaan hidup harian yang disarankan secara ilmiah dan bisa dibuktikan memberikan hasil lebih baik bagi tubuh merupakan cermin hidup sehat. Konsumsi buah, sayur dan berolahraga harus menjadi habitus keseharian manusia untuk menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh. Mulailah hidup sehat hari ini.