PERHELATAN Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XIX yang diselenggarakan di Jawa Barat (Jabar) baru saja usai. Sebagaimana diprediksi banyak pengamat, Provinsi Jabar ke luar sebagai juara umum dengan perolehan total 531 medali. Sementara, peringkat kedua dan ketiga klasemen akhir perolehan medali masingmasing ditempati oleh Provinsi Jawa Timur (Jatim) dengan perolehan total 404 medali dan Provinsi DKI Jakarta dengan perolehan total 374 medali. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sendiri pada perhelatan PON ke XIX di Jabar kali ini mampu menembus posisi 10 besar dengan perolehan total medali sebanyak 56 medali. Rinciannya yakni 16 medali emas, 15 medali perak dan 25 medali perunggu (KR, 3/10/2016).
Ada tiga fakta penting yang patut diungkap ke publik sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja para atlet DIY. Pertama, jumlah medali emas yang diperoleh pada PON ke XIX mampu melampaui jumlah medali emas yang ditargetkan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY sebanyak 15 medali emas. Kedua, perolehan medali emas pada PON ke XIX kali ini mampu melampaui jumlah perolehan medali emas pada PON sebelumnya. Yaitu, PON ke XVIII di Provinsi Riau yang kala itu para atlet DIY hanya mampu mengumpulkan 10 medali emas saja. Ketiga, perolehan medali emas pada PON ke XIX merupakan perolehan medali emas terbanyak sepanjang keikutsertaan atlet DIY di ajang empat tahunan tersebut. Sebelumnya, prestasi terbaik atlet DIY diajang PON hanya mampu mengoleksi 13 medali emas, yakni pada penyelenggaraan PON ke XVII di Kalimantan Timur (Kaltim) tahun 2008 silam.
Pembinaan Jangka Panjang
Merujuk hal itu, maka prestasi atlet DIY diajang PON ke XIX memang dapat dikatakan mengalami peningkatan yang signifikan. Hanya saja, tetap perlu menjadi catatan bahwa prestasi atlet DIY diajang PON secara umum belum memuaskan. Kecuali itu, prestasinya juga kerap fluktuatif. Simak bagaimana pada PON ke XVII di Kaltim atlet DIY mampu berada pada posisi 13 klasemen akhir perolehan medali dengan mempersembahkan total 50 medali. Tetapi kemudian, pada ajang PON ke XVIII di Riau atlet-atlet DIY hanya mampu mengumpulkan total 38 medali.
Pada titik ini, perbaikan perolehan medali maupun peringkat yang dicapai atlet DIY di ajang PON ke XIX kali ini bukan mustahil akan terjadi yang sebaliknya pada pergelaran PON selanjutnya. Karena itu, perlu dijalin kerja sama yang betul-betul baik antara para atlet, KONI DIY dan stakeholder terkait. Semisal, dengan mengejawantahkannya dalam pembinaan atlet jangka panjang.
Tuan rumah PON ke XIX, Jabar barangkali menjadi bukti satu dari beberapa daerah yang telah menuai hasil positif dari program pembinaan jangka panjang bagi para atletnya. Faktanya, jauh sebelum PON ke XIX digelar, KONI Jabar telah menggulirkan program pemusatan latihan daerah (pelatda) atlet jangka panjang. Hasilnya, Jabar pun mampu menjadi juara umum PON ke XIX mengungguli daerah lain yang juga kerap menjadi langganan juara umum PON, seperti DKI Jakarta dan Jatim. Pada perhelatan sebelumnya, yakni PON ke XVIII di Provinsi Riau. Program pembinaan atlet jangka panjang yang diterapkan oleh KONI Jabar kepada para atletnya mampu mengantarkan Jabar berada pada posisi kedua klasemen akhir perolehan medali.
Namun demikian, harus diakui anggaran yang diperlukan untuk menerapkan program tersebut memang tidaklah sedikit. Meski begitu, persoalan anggaran tidak sepatutnya menjadi alasan mengingat di DIY sejatinya ada banyak sponsor yang bisa dilibatkan. Pada titik ini, kemauan dan keseriusan yang dibutuhkan untuk bisa menggandeng sponsorsponsor potensial tersebut.
Akhirnya, atlet DIY dan KONI DIY tidak boleh cepat berpuas diri terkait hasil yang dicapai pada PON ke XIX di Jabar. Di sisi lain, program pembinaan atlet jangka panjang mutlak perlu segera direalisasikan. Dengan demikian, bukan saja ke depan para atlet DIY bisa berprestasi diajang PON, tetapi juga di ajang kelas dunia seperti Asian Games dan Olympiade.