Fenomena Guru Besar

Photo Author
- Jumat, 21 Juni 2024 | 08:30 WIB
Dr Damiasih, Dosen STIPRAM Yogyakarta.
Dr Damiasih, Dosen STIPRAM Yogyakarta.


KRjogja.com - SAAT ini masyarakat dihadapkan dengan maraknya program studi baru, profesor baru, dan pendaftaran mahasiswa baru. Banyak media mengulas hal tersebut dengan berbagai dimensi untuk memberikan pencerahan kepada khalayak. Bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang telah mapan, sangat wajar saat ini memberikan skala prioritas dan motivasi para dosennya yang potensial dan masih muda untuk berlomba-lomba meraih pangkat tertinggi (Guru Besar/Profesor), karena hal tersebut sebagai salah satu reputasi PTS. Salut kepada PTS yang memberikan apresiasi tinggi dan menghargai kepada para dosennya dalam meraih prestasi setinggi-tingginya serta sebagai bentuk hubungan humanis antara dosen dan pengelola suatu Perguruan Tinggi.

Bagaimanapun dosen yang lahir dari darah suatu PTS merupakan pilar dan embrio menetasnya seorang Guru Besar di Perguruan Tinggi tersebut, dan sudah sewajarnya pengelola Perguruan Tinggi memberikan motivasi yang signifikan agar supaya para pendidik memiliki semangat meraih pangkat tertinggi tersebut. Dengan banyaknya tenaga Profesor, maka kepercayaan masyarakat semakin tinggi dan hal itu sangat menguntungkan PTS dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat atau dapat meraup jumlah mahasiswa baru.

Baca Juga: Memuat Banyak Pelajaran, Rektor Janabadra: Idul Adha Momentum Baik Meneladani Nabi Ibrahim

Di era masa kini, jabatan akademik tertinggi sebagai seorang dosen (Guru Besar/ Profesor) masih diklaim sebagai simbol prestasi suatu Perguruan Tinggi, dan sudah sewajarnya Perguruan Tinggi memberikan apresiasi atas pencapaian dan prestasi tersebut karena dosen sebagai pondasinya.

Dari data di lapangan, saat ini masyarakat/calon mahasiswa ada kecenderungan lebih memilih kuliah dengan jalur cepat. Hal ini seiring dengan himbauan pemerintah bahwa Perguruan Tinggi dengan kurikulum entrepreneur sangat dibutuhkan masyarakat. Menyikapi hal tersebut, para pengelola dihadapkan pada sumber daya manusia yang belum mendukung.

Sebenarnya pemerintah telah menciptakan suatu inovasi dengan mempermudah “jalan” menuju Guru Besar / Profesor sehingga diharapkan Guru Besar/Profesor dapat memberikan sumbang pikiran untuk kemajuan pendidikan tinggi. Untuk menuju ke Guru Besar/Profesor bagi seorang tenaga pendidik bukanlah hal yang mudah. Dosen akan dihadapkan pada karya-karya ilmiah/penelitian yang tidak sedikit untuk pundi-pundi angka kredit yang disyaratkan untuk merangkak ke jenjang akademik tertinggi ini.

Selain itu pemerintah juga telah menggelontorkan berbagai macam bantuan dan beasiswa bagi tenaga pendidik untuk meraih pendidikan tertinggi guna memuluskan langkah meraih jabatan Guru Besar/Profesor tersebut. Setiap dosen tentu mempunyai keinginan untuk menuju puncak dengan meraih Guru Besar, akan tetapi banyak tenaga pendidik yang kehabisan waktu dalam perjalanannya karena proses pencapaian syarat-syarat untuk menuju Guru Besar/Profesor bukanlah hal yang mudah dan murah.

Baca Juga: Rem Blong, Truk Obat Nyamuk Terguling di Kaliurang Dlingo

Oleh karena jumlah Guru Besar di negeri tercinta ini belum menyentuh angka 10.000, sangat tidak seimbang dengan jumlah Perguruan Tinggi yang tercatat dalam PD-Dikti (2023) sebanyak 4.500-an, dan jumlah dosen sebanyak 326.554 orang.

Menyikapi fenomena tersebut, sebenarnya Perguruan Tinggi Swasta dapat menangkap peluang bagus dengan memberikan dorongan kepada para dosen muda untuk berlomba-lomba meraih kesempatan menapak ke jenjang akademik tertinggi, karena dengan banyaknya Guru Besar/Profesor yang dilahirkan, akan meningkatkan kualitas PTS.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Guru Besar/Profesor sangat dibutuhkan untuk mendulang prestise suatu Perguruan Tinggi. Dengan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat, maka PTS akan menjadi rujukan dan tujuan utama menempuh studi. Semua ini tergantung bagaimana para pengelola menyikapinya dengan pemikiran yang terbuka, sesuai dengan situasi saat ini. Salam Pendidikan !! (Dr. Damiasih, dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X