Memacu Perekonomian DIY

Photo Author
- Minggu, 11 Agustus 2024 | 12:46 WIB
Miyono Muhammad, SE, ME.
Miyono Muhammad, SE, ME.


KRjogja.com - SALAH SATU yang urgent untuk dilakukan DIY adalah menurunkan angka kemiskinan yang masih tinggi 10,83 persen. Banyak faktor yang mempengaruhi, namun kurang optimal dan meratanya pertumbuhan ekonomi sering dikaitkan dengan masalah ini. Setelah mengalami kemerosotan sejak bencana COVID-19, tanda-tanda pemulihan ekonomi DIY sudah mulai terlihat.

Pada triwulan pertama tahun ini perekonomian tumbuh lumayan 5,04 persen, namun di triwulan berikutnya kembali turun menjadi 4,95 persen. Pada triwulan kedua, sektor utama penggerak perekonomian yang tumbuh cukup tinggi diantaranya sektor akomodasi dan makmin sebesar 7,32 persen, sedangkan sektor kontruksi tumbuh paling tinggi 8,50 persen.

Selain kedua sektor tersebut, memacu sektor lain agar memberi kontribusi yang optimal terhadap PDRB merupakan keharusan, yakni sektor industri pengolahan dan sektor pertanian. Skala industri pengolahan yang tidak besar dan area pertanian yang tidak luas, serta kurang subur, menjadi tantangannya. Namun dengan dikembangkan dan dikelola secara lebih modern, kedua sektor ini diyakini mampu memberikan nilai tambah yang lebih besar.

Baca Juga: Aklamasi, Fadil Imran Ketum PP PBSI 2024-2028

Sementara itu, kegiatan pariwisata dan UMKM sebagai sumber pendapatan andalan, harus dikelola lebih smart dan modern berbasis digital. Ini sangat penting, karena DIY tidak memiliki sektor andalan lain, misalnya sumber daya alam yang melimpah.

Memacu sektor industri sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dapat ditempuh melalui pengembangan agroindustri berbasis kerakyatan, dengan mengolah bahan baku yang tersedia, sehingga tidak perlu impor, agar terhindar dari gejolak nilai tukar dan shock harga di pasar internasional. Terkait pengembangan agroindustri ini, DIY memiliki sumber daya yang terampil dan inovatif.

Optimalisasi pengolahan bahan baku yang tersedia seperti cokelat, cabai, jagung dan singkong menjadi berbagai produk makanan olahan, memberi nilai tambah yang tinggi dari proses hilirisasinya. Produk makanan olahan tersebut dapat dipasarkan untuk menunjang kegiatan pariwisata. Selain itu, pengembangan agroindustri kerakyatan ini juga mampu menyerap tenaga kerja, sehingga meningkatkan pendapatan yang dapat menurunkan kemiskinan.

Baca Juga: Menteri Agama RI Serahkan Piala Juara I KPN 2024 Kepada Siswi MAN 1 Yogyakarta

Memacu pertumbuhan ekonomi melalui penataan sektor akomodasi, pariwisata dan UMKM dalam satu jaringan yang kuat harus diprioritaskan, agar wisatawan betah dan nyaman di DIY. Saat ini, mayoritas wisatawan yang berkunjung ke DIY berasal dari domestik. Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara berfluktuatif. Pada Juni 2024 tercatat 7.403 orang, turun dari bulan sebelumnya sebanyak 11.323 orang. Apabila DIY mampu menahan kunjungan wisatawan lebih lama dari rata-rata saat ini yang hanya 1,5 malam, maka sumbangan pendapatannya akan semakin besar.

Tentu ini semua perlu terobosan, diantaranya dengan memperbaiki atau menambah destinasi wisata baru, baik yang berbasis wisata alam maupun sosial budaya termasuk kuliner. Perbaikan destinasi melalui revitalisasi lingkungan Keraton dan kawasan Malioboro, serta sejumlah destinasi wisata lainnya merupakan langkah tepat.

Sementara itu, untuk menjaga sustainabilitas pertumbuhan DIY, perlu dicari atau diciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru. Melalui optimalisasi keberadaan Bandara Internasional yang didukung jalan tol, pembangunan Medical Tourism Industry akan melengkapi Jogja sebagai kota pelajar dan wisata. Hal ini dapat direalisasikan dengan membangun Rumah Sakit Internasional dengan standar Singapura, yang mengusung tema “Berobat dan Liburan Cukup ke Jogja Saja” karena menghemat devisa negara.

Baca Juga: Kejuaraan Taekwondo MBW Internasional Malaysia, UKM Taekwondo 'UPNVY' Mencetak Prestasi

Pemberian layanan pengobatan yang prima sekelas Singapura, yang kemudian dilanjutkan healing berkunjung ke berbagai destinasi wisata seperti pantai selatan, candi Prambanan dan Borobudur, memacu adrenalin di sekitar Gunung Merapi, menikmati kuliner Jogja serta berkunjung ke kawasan Malioboro dan Kraton Jogja, membawa pengunjung ke suasana harmonis dan filosophis serasa berada di Jogja tempo dulu. Melalui berbagai upaya tersebut, perekonomian DIY akan tumbuh tinggi, inklusif dan berkelanjutan, sehingga mampu menurunkan kemiskinan. (Miyono Muhammad, SE, ME, Pengamat ekonomi dan Anggota ISEI Cabang Yogyakarta)

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X