KRjogja.com - FENOMENA penggunaan joki tugas di dunia pendidikan tinggi semakin mengkhawatirkan. Joki tugas merupakan praktik dimana mahasiswa membayar penyedia jasa untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka seperti esai, presentasi, laporan, tugas akhir, bahkan skripsi. Tak ingin bersusah payah berpikir untuk menyelesaikan tugas, mahasiswa akhirnya halalkan segala cara demi lulus dan mendapatkan nilai A. Mirisnya, sekarang promosi tentang jasa joki tugas di media sosial makin gamblang, karena cuan yang didapat joki sangat menjanjikan. Bahkan banyak muncul platform penyedia jasa joki tugas yang profesional. Hal ini menandakan bahwa bisnis ini sangat berkembang dan cukup diminati.
Mengapa praktik joki tugas semakin marak bahkan dinormalisasi? Terdapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Beberapa diantaranya adalah munculnya rasa kemalasan, rendahnya motivasi belajar, beban tugas berat, tenggat waktu yang singkat, kurangnya pemahaman materi perkuliahan, serta ketidakmampuan mahasiswa dalam mengatur waktu antara kuliah dan kegiatan lainnya. Belum lagi ketika melihat teman sebaya yang menggunakan juga, maka mahasiswa pun cenderung menormalisasi joki tugas. Ditambah dengan akses ke joki tugas yang sekarang makin mudah karena adanya internet dan media sosial. Iklan jasa joki tugas dapat dengan mudah ditemukan berbagai media sosial. Bahkan mirisnya beberapa public figure secara terang-terangan ikut mempromosikan.
Baca Juga: Blokir 6.400 Rekening, OJK Telusuri Aliran Dicurigai Judi Online
Joki tugas tentu membawa dampak negatif bagi mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah yang seharusnya dikembangkan melalui tugas akademik jadi hilang karena mahasiswa jadi ketergantungan dengan joki. Rasa malas juga semakin bertambah. Penggunaan joki tugas ini merupakan bentuk kecurangan yang merusak integritas akademik mahasiswa serta merusak kepercayaan antara mahasiswa dan dosen. Akibatnya mahasiswa mungkin dapat lulus dan mendapatkan ijazah, namun mereka tidak benar-benar memahami materi yang diperlukan di dunia kerja.
Joki tugas ini juga membawa kerugian bagi universitas. Jika banyak mahasiswa menggunakan joki tugas, kualitas lulusan dari universitas tersebut akan dipertanyakan, karena lulus hanya sekedar lulus. Tanpa menguasai kompetensi yang diperlukan dalam dunia kerja serta tidak memiliki etos kerja yang baik. Hal ini akan merusak reputasi akademik universitas di mata publik dan dunia kerja. Jika universitas tidak mampu mengatasi hal ini, bisa jadi akan berpengaruh juga ke akreditasi, karena dianggap tidak dapat menjaga integritas dan standar akademik. Belum lagi pemborosan waktu dan sumber daya dosen serta universitas yang sia-sia dikeluarkan karena proses belajar yang tidak efektif ini. Motivasi mengajar para dosen juga dapat menurun, karena upaya mereka untuk mengajar tidak dihargai karena adanya kecurangan ini. Fenomena joki tugas menunjukkan adanya tantangan besar dalam upaya universitas untuk membina karakter mahasiswa, termasuk di dalamnya adalah etika dan integritas, yang seharusnya menjadi bagian penting dari pendidikan tinggi.
Baca Juga: Kemarau Panjang, Kulonprogo Siaga Kekeringan
Untuk mengurangi dampak ini, maka universitas perlu mengambil langkah-langkah yang lebih tegas dan proaktif, seperti menerapkan sanksi yang tegas terhadap mahasiswa yang terbukti menggunakan joki tugas, untuk memberikan efek jera. Sanksi tegas dapat berupa pengulangan mata kuliah apabila terbukti melakukan kecurangan. Penggunaan software anti-plagiarisme juga dapat membantu untuk memeriksa tugas. Penilaian juga perlu dibuat menjadi beragam seperti ujian lisan, presentasi, dan proyek kelompok, yang lebih sulit untuk dicurangi dan membutuhkan pemahaman yang mendalam dari mahasiswa.
Joki tugas adalah masalah serius yang mengancam integritas akademik dan kualitas pendidikan di dunia pendidikan tinggi. Mahasiswa yang melakukan kecurangan ini tidak hanya merugikan diri sendiri dengan kehilangan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri di kampus, tetapi juga berdampak negatif pada reputasi universitas dan kualitas lulusan. Maka diperlukan kerjasama antara mahasiswa, dosen, dan universitas dalam menciptakan lingkungan akademik yang menjunjung tinggi kejujuran dan integritas, serta membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk meraih sukses di masa depan, tanpa perlu menggunakan jalan pintas seperti joki tugas. (Api Adyantari, S.A., M.B.A., dosen Program Studi Sarjana Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)