QRIS dan Solow Swan

Photo Author
- Selasa, 22 Oktober 2024 | 13:00 WIB
Dr. Rudy Badrudin, M.Si. adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI Yogyakarta, dan Peneliti Senior PT. Sinergi Visi Utama.
Dr. Rudy Badrudin, M.Si. adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI Yogyakarta, dan Peneliti Senior PT. Sinergi Visi Utama.


Kjogja.com - QRIS yang dikenalkan Bank Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2019 semakin berkembang dan membawa dampak yang luar biasa dalam mendukung traksaksi digital di Indonesia. Transaksi QRIS di Indonesia melesat 226,54 persen dalam setahun terakhir, dengan 50,50 juta pengguna dan 32,71 juta merchant. QRIS bakal dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk berbelanja di berbagai negara. Di antaranya, di Korea Selatan, India, Jepang, dan Uni Emirat Arab (UAE). Sebelumnya, Indonesia telah menyepakati kerjasama QRIS antarnegara dengan Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Hasil kesepakatan tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan transaksi QRIS dalam kerjasama tersebut. Untuk transaksi inbound atau yang dilakukan oleh turis asing di dalam negeri, terdapat peningkatan transaksi sebesar 13 persen secara bulanan antara Thailand dengan Indonesia. Kebanyakan turis asing Thailand itu menggunakan QRIS untuk bertransaksi di area Jakarta dan Jawa Barat. Untuk transaksi yang dilakukan turis Singapura mencetak pertumbuhan 28 persen secara bulanan, didominasi oleh transaksi di Jakarta dan Riau. Sementara transaksi oleh turis Malaysia meningkat 8 persen secara bulanan dengan volume transaksi tertinggi di Jakarta dan Jawa Barat (indonesia.go.id). Bank BPD DIY pun sangat mendukung upaya Bank Indonesia untuk QRIS cross-border tersebut. Digitalisasi mutlak diperlukan untuk mempertahankan performa bisnis sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun daerah sehingga pelaku UMKM khususnya di Yogyakarta dapat menjadi makin kompetitif di era globalisasi saat ini.

Data QRIS per daerah juga menunjukkan hasil positif. Menurut Nurhalizal et.al (2023), QRIS memberikan dampak positif terhadap transaksi bisnis digital UMKM di Indonesia termasuk Pekanbaru. UMKM yang memiliki peran penting dalam perekonomian telah mengalami peningkatan pendapatan sehari-hari melalui aplikasi QRIS yang memfasilitasi transaksi non-tunai dan meningkatkan efisiensinya. Penggunaan QRIS memberikan manfaat seperti kemudahan, efisiensi, transparansi administrasi dalam pembayaran elektronik, serta membantu masyarakat menuju cashless society. Menurut Hairani et.al. (2024), penggunaan QRIS berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan UMKM Kota Medan.

Menurut Alifia et.al. (2024), pertumbuhan jumlah pengguna QRIS serta volume dan nominal transaksi per merchant berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan UMKM. Tren ini tidak hanya terjadi di wilayah Jabodetabek dan Pulau Jawa, melainkan terjadi secara nasional di seluruh Indonesia. Peningkatan pendapatan dari QRIS tidak lepas dari kemudahan yang ditawarkan kepada UMKM yang tidak perlu lagi melakukan investasi besar dalam pembuatan QR code untuk berbagai platform pembayaran. Dengan QRIS, merchant dapat menerima pembayaran dari berbagai bank dan penyedia pembayaran digital. Selain itu, peningkatan pendapatan juga disebabkan oleh kemampuan QRIS dalam melayani pelanggan dari semua kelompok umur, apalagi generasi muda cenderung lebih menyukai metode pembayaran digital dibandingkan transaksi tunai.

Pandangan pelaku bisnis di atas yang menjelaskan bahwa QRIS sangat berpengaruh dalam peningkatan volume transaksi dan pendapatan dapat dijelaskan dengan salah satu teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Solow-Swan yang berkembang sejak tahun 1950-an. Menurut Solow-Swan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Peran kemajuan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi sangat tinggi, yaitu ditunjukkan dengan nilai produksi rata-rata yang semakin meningkat. Apabila ditambahkan besaran biaya produksi yang diukur dengan biaya variabel rata-rata, maka peningkatan nilai produksi rata-rata yang semakin tinggi, akan berdampak terhadap penurunan biaya variabel rata-rata. Hal ini menunjukkan efisiensinya kegiatan ekonomi.

Dengan demikian, pemanfaatan QRIS yang dipandang sebagai unsur teknologi dalam kegiatan ekonomi secara teori dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Memang demikian adanya dalam pengembangan teori yang sejalan dengan praktik. Artinya, pendekatan deduktif (teoritis) dan pendekatan induktif (empiris) akan beriringan dalam penemuan teori-teori baru yang bermanfaat secara aksiologi bagi kehidupan masyarakat. Namun demikian, Bank Indonesia dan Pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo yang fokus dengan pemanfaatan teknologi tetap harus mempertimbangkan berbagai kendala pemanfaatan QRIS sebagai bagian dari Sistem Pembayaran Indonesia. (Dr. Rudy Badrudin, M.Si.Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI, dan Peneliti Senior PT. Sinergi Visi Utama)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X