Olah Sampah TOSS

Photo Author
- Minggu, 1 Desember 2024 | 21:50 WIB
Vidyana Arsanti, S.Si., M.Sc.
Vidyana Arsanti, S.Si., M.Sc.

KRjogja.com - MENGUMPULKAN sampah dengan cara memasuKkan ke dalam kantong plastik lalu membuang dan membiarkan sampah tersebut berbau busuk di tempat lain merupakan perbuatan yang tidak berakhlak. Tindakan ini hanya memindah masalah dari satu tempat ke tempat lain. Hal seperti ini harus dihentikan. Bermula dari model pengolahan sampah dengan sistem ember tertutup untuk memisahkan sisa makanan dan sampah organik lainnya yang bakal membusuk. Sampah dari ember tersebut kemudian diangkut oleh petugas untuk dimasukan ke dalam tangki digester yang bisa menghasilkan gas sampah yang dapat digunakan untuk memasak serta menghasilkan pupuk organik cair.

Dari metode ini muncul inspirasi ide listrik kerakyatan yang dimulai dengan memanfaatkan gas sampah tersebut untuk menjadi bahan bakar genset pembangkit listrik. Proses tersebut berhasil menghilangkan bau busuk dari sampah, tetapi masih meninggalkan lebih dari 70% volume sampah lainnya seperti kertas, daun, ranting, plastik yang tidak bisa diproses dengan sistem digester.

Muncul ide yang lebih inovatif lagi yang lebih cocok yaitu mengolah sampah menjadi briket sebagai pengganti bahan bakar. Model pengolahan ini diselaraskan dengan konsep listrik kerakyatan yang menekankan pemberdayaan masyarakat setempat sehingga diberi nama tempat olah sampah setempat (TOSS). Energi yang dihasilkan dari briket tersebut bisa seratus kali lipat energi dari gas sampah yang diproduksi oleh digester. Begitu juga pengolahan sampah organik menjadi pupuk, akhirnya juga hanya menumpuk saja karena tidak begitu lancar pengunaan dan peminatnya.

TOSS lebih menarik dibandingkan dengan cara yang umum dilakukan karena tidak diperlukan adanya proses pemilahan di awal yang merepotkan. TOSS juga lebih unggul karena produk akhirnya berupa bahan bakar yang tingkat penggunaannya jauh lebih besar dibandingkan dengan pupuk apalagi kerajinan daur ulang. Ada lima dasar pemikiran dari program TOSS ini, antara lain ;
1. Tidak diperlukan lagi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang cenderung mengotori lingkungan masyarakat sekitar dan menimbulkan polusi udara dan kemacetan yang disebabkan oleh truk sampah yang mondar-mandir di jalan.
2. TOSS memberikan alternatif usaha ekonomi kreatif yang bisa dijalankan oleh masyarakat setempat dengan mengalihkan dana pengelolaan sampah dari pemerintah untuk menjadi pemasukan bagi pengusaha sampah rakyat setempat.
3. Memberikan alternatif solusi untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik dengan teknologi sederhana sehingga mudah dikelola oleh penduduk lsetempat dengan metode pembangkit skala kecil tersebar (distributed generation).
4. TOSS bisa membangun kemandirian energi dan ketahanan energi nasional karena sepenuhnya menggunakan peralatan dalam negeri dengan memberdayakan penduduk setempat.
5. TOSS menjadi sumber penelitian dan uji coba di berbagai perguruan tinggi untuk berbagai disiplin ilmu untuk menjadikan sampah sebagai bahan baku utama untuk produk yang bernilai tambah lebih tinggi, baik sebagai bahan bakar maupun bahan bangunan.
Teknik pengolahan sampah dengan TOSS juga bisa disederhanakan menjadi hanya satu jenis proses saja, yaitu mengubah sampah menjadi pelet bahan bakar sebagai berikut :
* Sampah yang masih tercampur, langsung dimasujkan ke dalam bak bambu ukuran 2 x 1 x 1 meter, setelah botol-botol plastik dan sampah berharga lainnya diambil untuk dijual.
* Sampah dalam bak bambu tersebut disiram dengan ragi ATOSS sebagai starter bakterinya.
* Sampah berikutnya dimasukan lapis demi lapis dengan proses yang sama sampai bak penuh lalu ditutup dengan terpal plastik, dengan volume sekitar satu ton sampah.
* Setelah satu hari, bakteri ATOSS akan bekerja dan sampah akan menjadi panas yang perlu dimonitor agar suhunya tidak lebih dari 60 derajat celcius agar bakteri tidak mati.
* Umumnya sampah yang telah diperam akan hilang baunya setelah tiga hari, tapi harus dibiarkan sampai 10 hari, sehingga diperlukan 10 bak bambu untuk TOSS dengan volume 1 sampai dengan 3 ton per hari.
* Setelah kering dan volume sampah menyusut sekitar sepertiganya, peraman sampah tersebut siap dicacah lalu dicetak menjadi pelet.
* Pelet tersebut ditampung pada keranjang untuk digunakan sebagai bahan bakar kompor atau bahan bakar pembangkit tenaga listrik (genset).
Pembangkit listrik TOSS secara konsep bisa dibangun dimana saja dan teknologinya yang sederhana memungkinkan untuk dikelola oleh tenaga kerja setempat. TOSS dapat memberikan solusi atas masalah pembuangan sampah dan mengurangi transportasi sampah ke lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). TOSS berskala kecil memiliki keuntungan dibandingkan dengan pembangkit listrik skala besar dari sisi penyediaan lahan karena lahan yang diperlukan per paket relatif kecil dan bersifat swadaya di tingkat Desa/Kelurahan. Olah sampah? TOSS yuk…. (Vidyana Arsanti SSi MSc, Dosen Prodi Geografi Universitas Amikom Yogyakarta)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X