Ekonomi Jogja: Nataru vs Hujan

Photo Author
- Senin, 9 Desember 2024 | 22:50 WIB
Catur Sugiyanto.
Catur Sugiyanto.

 

KRjogja.com - DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) telah menjadi destinasi favorit wisatawan domestik dan mancanegara, terutama selama periode libur panjang seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru). Dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2024 yang tercatat sebesar 5,05% (yoy), DIY berhasil menunjukkan performa lebih baik dibandingkan rata-rata nasional. Kontribusi utama datang dari sektor pariwisata, perdagangan, serta industri pengolahan. Namun, tantangan baru berupa curah hujan tinggi pada akhir tahun menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap aktivitas wisata dan UMKM.

Libur Nataru selalu menjadi momen penting bagi perekonomian DIY. Pada tahun-tahun sebelumnya, lonjakan wisatawan terjadi terutama pada periode Desember. Pada 2023, kunjungan wisatawan mencapai angka yang signifikan, dengan banyak wisatawan yang tertarik pada pesona budaya, keindahan alam, dan pengalaman kuliner di Yogyakarta. Berbagai destinasi seperti Malioboro, Keraton Yogyakarta, hingga wisata alam di Gunungkidul menjadi magnet bagi para pelancong. Perkembangan infrastruktur seperti tol Yogyakarta-Solo semakin mempermudah akses wisatawan menuju DIY, sehingga meningkatkan jumlah kunjungan.

Selain pariwisata, perkembangan tempat kuliner dan kafe juga menjadi salah satu daya tarik utama DIY. Banyaknya tempat makan yang menawarkan konsep unik dan suasana lokal menjadikan Yogyakarta sebagai surga kuliner. Media sosial seperti TikTok, Reels Instagram, dan YouTube telah memainkan peran besar dalam mempromosikan destinasi kuliner ini. Video-video yang menunjukkan suasana kafe instagrammable, makanan khas lokal, dan destinasi wisata baru telah menciptakan tren baru di kalangan wisatawan muda. Banyak konten kreator yang menjadikan Yogyakarta sebagai fokus eksplorasi mereka, mempromosikan tempat-tempat yang sebelumnya kurang dikenal namun kini ramai dikunjungi.

Pertumbuhan sektor pariwisata dan kuliner ini juga didukung oleh UMKM yang mendominasi ekonomi lokal DIY. Sebanyak 96,97% merchant QRIS di Yogyakarta adalah UMKM, menunjukkan peran penting sektor ini dalam mendukung ekonomi lokal. Libur Nataru menjadi kesempatan besar bagi UMKM untuk meningkatkan penjualan mereka, terutama melalui produk-produk khas seperti kerajinan batik, perak Kotagede, hingga makanan tradisional. Dengan semakin meningkatnya penggunaan pembayaran non-tunai melalui QRIS, UMKM di DIY mampu menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk wisatawan mancanegara.

Namun, musim hujan yang lebih intens pada akhir tahun ini menghadirkan tantangan signifikan bagi perekonomian DIY. Wisata berbasis alam seperti pantai dan gua di Gunungkidul mungkin menghadapi penurunan pengunjung akibat kondisi cuaca yang tidak mendukung. Selain itu, banjir dan kerusakan infrastruktur dapat menghambat mobilitas wisatawan serta distribusi produk UMKM. Tantangan ini juga dirasakan oleh sektor pertanian, yang menjadi salah satu penyedia bahan baku utama bagi industri makanan di DIY.

Meski demikian, ada peluang besar untuk mengatasi tantangan ini. Diversifikasi destinasi wisata menjadi salah satu solusi utama. Yogyakarta memiliki banyak pilihan wisata indoor seperti museum, galeri seni, dan pusat budaya yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menarik wisatawan di tengah cuaca buruk. Pemerintah daerah juga perlu memperkuat infrastruktur, seperti sistem drainase yang lebih baik, untuk meminimalkan dampak hujan deras pada destinasi wisata utama.

Digitalisasi juga menjadi kunci memanfaatkan potensi ekonomi selama libur Nataru. UMKM yang terhubung dengan platform e-commerce dan pembayaran digital dimungkinkan mempertahankan pendapatan meskipun aktivitas fisik menurun. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan komunitas lokal diperlukan untuk memastikan stabilitas logistik dan ketersediaan bahan baku, terutama di sektor makanan dan minuman.

Momentum libur Nataru ini diperkirakan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi DIY pada kuartal terakhir 2024. Lonjakan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan makanan, minuman, dan hiburan memberikan kontribusi signifikan pada perekonomian lokal. Di sisi lain, pemerintah DIY juga telah menunjukkan komitmen kuat dalam menjaga inflasi tetap terkendali, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga. Dengan inflasi yang hanya 1,85% (yoy) pada kuartal ketiga 2024, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, situasi ini memberikan landasan yang stabil untuk menghadapi lonjakan permintaan selama libur akhir tahun.

Pertumbuhan objek wisata baru dan semakin banyaknya tempat kuliner serta kafe yang menarik perhatian wisatawan melalui media sosial juga menjadi katalis penting. Wisatawan, terutama dari generasi muda, cenderung menjadikan rekomendasi di media sosial sebagai panduan utama mereka. Hal ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha untuk terus berinovasi dalam menarik pengunjung, baik melalui pengalaman unik maupun promosi kreatif di platform digital.

Secara keseluruhan, DIY memiliki potensi besar untuk memanfaatkan libur Nataru sebagai momentum untuk memperkuat perekonomian lokal. Dengan strategi yang adaptif, seperti diversifikasi wisata, digitalisasi UMKM, dan penguatan infrastruktur, tantangan musim hujan dapat diminimalkan. Libur Nataru 2024 tidak hanya menjadi momen puncak aktivitas ekonomi, tetapi juga bukti bahwa DIY mampu bertransformasi menjadi destinasi wisata unggulan yang tangguh di tengah berbagai tantangan.(Catur Sugiyanto, Profesor dan Kaprodi S3 Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X