Hutan dan Pangan Bergizi

Photo Author
- Kamis, 3 April 2025 | 22:10 WIB
P. Kianto Atmodjo.
P. Kianto Atmodjo.

KRjogja.com - HUTAN merupakan habitat makhluk hidup, produsen oksigen, penjaga kesuburan tanah dan melindungi dari perubahan iklim. Tanggal 21 maret 2025 diperingati sebagai Hari Hutan Dunia, yang kali ini mengusung tema “Hutan dan Pangan” . Tujuannya mengingatkan manusia di balik piring makanan, ada hutan yang bekerja tanpa henti. Hutan adalah bank nutrisi alami yang menyimpan kekayaan pangan. Namun, di tengah laju deforestasi dan krisis iklim, hubungan simbiosis antara hutan dan pangan mulai sirna. Artikel ini mengajak kita merefleksikan: bagaimana melestarikan hutan sekaligus menjadikannya pondasi program pangan bergizi berkelanjutan?

Hutan: Supermarket Alami
Indonesia memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia, yang menyimpan lebih dari 5.000 jenis tumbuhan pangan. Dari sagu di Papua hingga madu hutan di Sumatera, alam telah menyediakan bahan pangan bergizi secara gratis. Contoh nyata masyarakat Dayak Kalimantan memanfaatkan umbi tengkawang sebagai sumber karbohidrat dan lemak sehat. Di Sulawesi, sagu menjadi makanan pokok yang lebih rendah glikemik daripada nasi. Diversifikasi pangan hutan menjadi kunci mengatasi stunting dan malnutrisi yang menjangkiti 24,4% balita Indonesia (SSGI 2023)
Sayangnya, kita terkunci sistem pangan global yang rapuh terfokus pada beras, gandum, dan kedelai impor. Sementara pangan lokal berbasis hutan terabaikan. Ditambah adanya alih fungsi hutan untuk perkebunan sawit dan tambang. Jika hutan hilang, bukan hanya satwa yang punah, tetapi juga warisan kuliner dan ketahanan pangan kita.

Deforestasi vs. Pangan
Upaya pemenuhan kebutuhan pangan menjadi penyebab utama kerusakan hutan. Konversi hutan menjadi lahan pertanian monokultur sawit dan kedelai telah mengurangi keanekaragaman hayati dan melepaskan emisi karbon. Padahal, hutan menjamin keberlanjutan sistem pangan melalui regulasi iklim, penyerapan air, dan perlindungan tanah subur.

Di sisi lain, program pemerintah seperti Food Estate yang kontroversi. Alih-alih meningkatkan ketahanan pangan, pembukaan lahan gambut dan hutan primer justru memicu kebakaran dan degradasi lingkungan. Di sini perlunya pendekatan agroforestri dan urbanforestry yang memadukan tanaman pangan dengan pepohonan hutan dan perumahan. Misalnya, menanam kopi di bawah naungan pohon keras, sistem kebun campur di Sumatera Barat yang menghasilkan buah, rempah, dan kayu sekaligus.

Pangan Bergizi Edukasi Cinta Hutan
Program pangan bergizi merupakan kesempatan emas mengenalkan masyarakat pada nilai hutan. Strategi yang dilakukan 1) mengkampanyekan “Hutan di Piring ” yaitu menyajikan hidangan berbahan pangan hutan di sekolah. Contoh: singkong rebus ,sayur kelor, keripik daun singkong, dan minuman herbal wedang uwuh hutan. 2) mengintegrasikan pengetahuan tentang pangan hutan ke kurikulum sekolah melalui praktik berkebun, kunjungan ke hutan alam, kompetisi kreasi pangan. 3)mempromosikan ekonomi hijau berupa pelatihan pengolahan pangan hutan bernilai ekonomi, seperti belalang goreng, madu hutan organik, selai buah liar, atau minyak atsiri dari tanaman kayu putih taman hutan rakyat Gunung kidul.

Tanggung Jawab bersama
Pelestarian hutan dan pangan bergizi adalah tugaskolaboratif- kolektif. Pemerintah harus komit memperkuat regulasi perlindungan hutan dan mendorong riset pangan lokal. Swasta dapat berinvestasi dalam rantai pasok produk hutan secara adil dan lestari. Sementara masyarakat,khususnya generasi muda menjadi garda terdepan mengonsumsi dan melestarikan produk berbasis hutan. Di tingkat global, skema pembiayaan hijau bisa dialokasikan untuk mendukung petani hutan. Misalnya, petani di Jambi mendapat insentif karena menjaga hutan desa sembari menanam tanaman pangan seperti durian dan petai.

Penutup
Hutan adalah Masa Depan Pangan Kita, Hari Hutan Dunia 2025 harus menjadi momentum setiap suap makanan yang berasal dari hutan lestari adalah suara dukungan untuk alam. Jika hutan tetap hidup, piring kita tak akan pernah kosong. Dukung terus produk lokal berbahan pangan hutan yang ramah lingkungan, mengkritisi kebijakan alih fungsi hutan untuk kepentingan jangka pendek, dan Ikut serta dalam gerakan penanaman pohon pangan. Sesuai semboyan Yogyakarta “MANGAYU HAYUNING BAWONO”. Selamat hari hutan 2025. LESTARI HUTANKU! (Drs.P. Kianto Atmodjo M.Si Dosen Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Anggota Gerakan Global Perubahan Iklim dan laudato Si Indonesia)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X