KRjogja.com - PEMERINTAH melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja merilis secara resmi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) periode Tahun 2025-2034 lewat Keputusan Menteri ESDM Nomor 188.K/TL.03/MEM.L/2025 tentang Pengesahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. PLN Persero. RUPTL ini dibuat dalam rangka meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan energi nasional dan ini sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada energi. Di samping itu, RUPTL ini juga menyasar program listrik desa dengan target ada lebih dari 700 ribu rumah tangga yang akan mendapatkan akses Listrik selama lima tahun ke depan.
Yang cukup menarik dari RUPTL yang baru ini adalah adanya target penambahan pembangkit listrik sebesar 69,5 gigawatt (GW) yang di dalamnya terdapat porsi energi baru terbarukan sebesar 42,6 GW atau sekitar 61% dari total penambahan tersebut. Dari energi baru terbarukan (EBT) sebanyak itu nantinya akan disuplai dari energi surya sebesar 17,1 GW, enegri air 11,7 GW, energi angin 7,2 GW, energi panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW dan nuklir sebesar 0,5 GW. Dari porsi penambahan sebesar itu, pada 5 tahun pertama akan ada penambahan sebesar 27,9 GW dan 5 tahun kedua sebesar 41,6 GW Dimana porsi EBT nya untuk 5 tahun pertama sebesar 12,2 GW dan 5 tahun kedua sebesar 30,4 GW. Sehingga dapat dikatakan bahwa RUPTL ini menjadi yang paling hijau sepanjang Sejarah NKRI dimana porsi EBT nya sangat tinggi. Hal ini tentunya sangat mendukung transisi energi yang berkelanjutan dan target net-zero emission di tahun 2060 dimana kita ketahui bahwa EBT adalah energi bersih yang dapat mengurangi potensi emisi dari sektor pembangkitan listrik.
Kalau dilihat berdasarkan wilayahnya, maka Pulau Jawa, Bali, dan Madura (Jamali) mendapatkan porsi terbesar yaitu mencapai 33,5 GW dengan porsi EBT sebesar 19,6 GW. Hal ini sangat wajar mengingat lebih dari separoh penduduk Indonesia ada di wilayah Jamali ini termasuk sektor industrinya. Porsi terbesar disusul oleh Pulau Sumatera sebesar 15,1 GW, Pulau Sulawesi sebesar 10,4 GW, Pulau Kalimantan sebesar 5,8 GW, dan wilayah Maluku, Papua, Nusa Tenggara sebesar 4,7 GW. Dengan penambahan ini harapannya akan semakin memperkuat infrastruktur kelistrikan nasional dan mendukung tercapainya sasaran pertumbuhan ekonomi yang menjadi target pemerintah Indonesia.
Target pengembangan 10 tahun ke depan ini akan memberikan peluang investasi senilai 2.967,4 triliun rupiah dan yang menjadi kabar baiknya adalah akan dapat menyerap lebih dari 1,7 juta tenaga kerja baik di sektor pembangkit maupun distribusinya. Dari sektor pembangkitan yang akan menciptakan peluang kerja sebesar lebih dari 800 ribu tenaga kerja, maka lebih dari 760 ribu atau sekitar 91% akan bekerja di pembangkitan EBT sehingga porsi sebesar itu adalah merupakan green jobs. Tentunya hal ini menjadi kabar yang sangat baik di tengah kelesuan ekonomi saat ini dimana banyak sekali terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dalam beberapa waktu terakhir kita sering mendengar pemberitaan terkait PHK ini, baik perusahaan besar maupun sektor UMKM. Sehingga harapannya dengan dirilisnya RUPTL ini, maka sebagian pekerja yang terkena PHK maupun tenaga kerja baru (fresh graduate) akan bisa tertampung di sektor ketenagalistrikan ini.
Hal ini juga tentunya menjadi tantangan bagi perguruan tinggi khususnya yang ada di propinsi DIY dimana lapangan kerja di sektor ketenagalistrikan ini sebagian membutuhkan skill yang professional, sehingga kampus harus siap mencetak lulusan yang berdaya saing tinggi, mempunyai skill yang mumpuni, dan kemampuan softskill yang dapat diandalkan. Perguruan tinggi harus menyiapkan kurikulum terbaiknya dengan materi-materi yang sangat dibutuhkan dunia industri dan juga tidak kalah pentingnya para mahasiswa dibekali dengan praktek langsung di dunia industri dengan program magang atau praktik industri, sehingga tidak hanya menguasai teori saja, tetapi juga pengalaman lapangan. Hal ini sekaligus mendukung program Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi untuk mewujudkan Kampus Berdampak. (Dr. Eng. Mochamad Syamsiro, Peneliti Energi Terbarukan dan Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta)