KRjogja.com - ISTILAH rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana) menjadi viral beberapa hari belakangan ini di berbagai media sosial dan media massa. Fenomena rojali dan rohana menunjukkan bahwa pengunjung datang ke mall tidak banyak melakukan pembelian produk seperti beberapa waktu silam, namun lebih pada tujuan berekreasi memanfaatkan mall sebagai wahana swafoto atau hiburan karena adanya berbagai fasilitas dan event yang menarik. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa telah terjadi pergeseran tempat belanja yang mengacu pada perubahan preferensi konsumen dalam memilih lokasi untuk berbelanja, dari toko fisik tradisional/konvensional di mall ke platform digital seperti e-commerce atau media sosial.
Menurut Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), ada perbedaan faktor yang melatarbelakangi masyarakat kelas atas dan kelas menengah ke bawah dalam memahami fenomena rojali dan rohana (www.tempo.co/). Bagi masyarakat kelas atas, fenomena rojali dan rohana menunjukkan bahwa mereka cenderung mengendalikan belanja karena mempertimbangkan kondisi ekonomi dan politik global yang tidak menentu. Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, fenomena rojali dan rohana menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan daya beli konsumen seperti yang telah dilansir BPS. Menurut APPBI, sebanyak 95 persen masyarakat yang berkunjung ke mall di Indonesia didominasi oleh masyarakat kelas menengah bawah. Oleh karena itu, mereka tidak banyak berbelanja. Di samping itu, trend masyarakat dalam berbelanja sekarang cenderung lebih membeli produk satuan yang lebih murah dengan unit price-nya rendah dan unit size-nya kecil karena adanya penurunan daya beli konsumen.
Publikasi Bank Indonesia (BI) tentang Survei Konsumen Bank Indonesia pada Juni 2025 menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2025 tetap berada pada level optimis (indeks >100) sebesar 117,8, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pada bulan sebelumnya yang sebesar 117,5. Optimisme konsumen pada Juni 2025 bersumber dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). IKE Juni 2025 tercatat sebesar 106,7 lebih tinggi dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang sebesar 106,0. Sementara, IEK Juni 2025 tercatat sebesar 128,9, relatif stabil dibandingkan indeks pada bulan sebelumnya yang sebesar 129,0.
Berdasar hasil publikasi BI tersebut menunjukkan bahwa keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga yang bersumber dari keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini yang meningkat dan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan yang tetap terjaga. Artinya, fenomena rojali dan rohana memang terjadi, namun berdasar hasil publikasi BI menunjukkan bahwa sedang terjadi perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja dan tempat belanjanya. Fenomena rojali dan rohana mencerminkan konsumen semakin selektif dalam berbelanja untuk menyesuaikan pola konsumsi dengan kondisi terkini.
Agar ekonomi tetap bergerak dan tumbuh maka perlu beberapa kebijakan dari BI, OJK, LPS, pemerintah, dan pengusaha pusat belanja (APPBI). Langkah BI menurunkan suku bunga acuan (BI rate) ditujukan untuk mendorong perbankan agar dapat menyalurkan kredit dengan bunga yang lebih terjangkau, sehingga konsumsi dan investasi tetap tumbuh di tengah tantangan. Langkah BI tersebut apabila didukung sinergi berbagai pihak, diharapkan dapat membuka ruang lebih banyak bagi peluang usaha, akses pembiayaan, dan perputaran ekonomi berkelanjutan.
APPBI juga harus berbenah dengan perlunya mall sebagai pusat perbelanjaan menawarkan pengalaman yang berbeda dan menarik bagi pengunjung (experiential marketing), seperti menyediakan fasilitas hiburan, acara khusus, atau pengalaman belanja yang unik (Badrudin dan Manggarani, KR, 2019). Mall dapat memanfaatkan teknologi untuk mengintegrasikan pengalaman belanja online dan offline, seperti dengan menyediakan layanan pick-up di toko untuk pembelian online. Di samping itu, mall dapat menjadi lebih selektif dalam memilih tenant dan produk yang ditawarkan, dengan fokus pada produk dan layanan yang berkualitas dan unik untuk memuasi pembeli. (Dr. Rudy Badrudin, M.Si., Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta, Pengurus ISEI)