BELUM lama ini Presiden Prabowo telah meresmikan pengoperasian dan pembangunan energi baru dan terbarukan (EBT) yang tersebar di 15 propinsi, tepatnya 26 Juni 2025 secara hibrid dan dipusatkan di Bali. Proyek EBT yang diresmikan ini memiliki kapasitas 379,7 MW dengan total investasi sebesar 25 triliun.
Beberapa pembangkit EBT yang diresmikan ini adalah delapan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) diantaranya PLTP Blawan Ijen Unit 1 Jawa Timur, PLTP Salak Binary, dan PLTP Sorik Marapi Unit 5 dengan total kapasitas produksi 260 MW. Selain itu, ada juga 47 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 27,8 MW dan tersebar di 11 propinsi, salah satu diantaranya yang terletak di Bali dengan kapasitas produksinya 25 MW.
Presiden Prabowo menegaskan bahwa kehadiran listrik di setiap desa adalah bukti nyata kehadiran negara yang harus dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan energi kita terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk. Kondisi tersebut kalau tidak diantisipasi dapat mempengaruhi pasokan energi khususnya listrik, karena akan berakibat pada terganggunya roda perekonomian kita akibat operasional industri yang sangat mengandalkan pasokan energi listriknya.
Dengan beroperasinya sejumlah pembangkit EBT ini juga diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasokan energi dari luar negeri. Ini tentunya sejalan dengan program Asta Citanya Presiden Prabowo yaitu dengan terciptanya swasembada energi nasional.
Membicarakan kebutuhan energi ini tentunya tidak terlepas dari faktor geopolitik dunia saat ini. Terjadinya konflik perang Israel dan Iran pastinya akan membuat harga energi dunia melonjak tinggi, sehingga mau tidak mau, biaya energi yang dikeluarkan oleh masyarakat semakin membengkak. Sehingga setiap ada peningkatan eskalasi geopolitik dunia harus diantisipasi sedini mungkin untuk meminimalkan resiko kenaikan harga energi dunia. Beruntungnya Indonesia dikaruniai potensi EBT yang sangat besar dan tersebar di seluruh wilayah Nusantara.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, Indonesia mempunyai potensi EBT lebih dari 3000 GW meliputi energi surya, angin, biomassa, panas bumi, dan lain-lain. Dari potensi yang sangat besar tersebut, baru sedikit sekali yang dimanfaatkan dan menghasilkan Listrik. Oleh karena itu, peresmian ini menjadi momentum untuk terus memperkuat energi terbarukan di Indonesia dan mempercepat target swasembada energi.
Dengan beroperasinya pembangkit energi terbarukan ini, maka secara tidak langsung akan memperbaiki kondisi lingkungan kita, karena sumber energi ini relatif bersih dan ramah lingkungan, berbeda dengan energi fosil yang cenderung kotor seperti batubara dan minyak bumi. Dengan demikian, kehidupan masyarakat menjadi lebih sehat dan secara otomatis produktivitas manusianya menjadi lebih baik.
Satu hal lagi pentingnya pengoperasian EBT ini adalah terciptanya lapangan pekerjaan yang tentunya ini menjadi peluang bagi masyarakat untuk terlibat dan berkontribusi dalam sektor green jobs ini. Tentunya hal ini menjadi kabar yang sangat baik di penurunan pertumbuhan ekonomi saat ini dimana banyak sekali terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa perusahaan. Kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini kita sering mendengar pemberitaan terkait PHK ini, baik perusahaan besar maupun sektor UMKM. Sehingga harapannya sebagian pekerja yang terkena PHK akan bisa tertampung di sektor EBT ini.
Dengan semakin banyak beroperasinya pembangkit EBT ini tentunya menjadi tantangan bagi universitas khususnya yang ada di propinsi DIY dan Jawa Tengah dimana lapangan kerja di sektor EBT ini sebagian membutuhkan kompetensi khusus. Oleh karena itu kampus harus siap mencetak lulusan yang kompeten dan berdaya saing tinggi. Kampus harus menyiapkan fasilitas terbaiknya dengan materi-materi yang sangat dibutuhkan dunia industri. Dengan begitu para lulusan dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja di sektor EBT ini.
Pada akhirnya, target pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat tercapai, salah satunya dari kontribusi pengembangan EBT ini. (Dr Eng Mochamad Syamsiro, Peneliti Energi Terbarukan dan Dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta)