Inflasi Perawatan Pribadi

Photo Author
- Kamis, 30 Oktober 2025 | 16:30 WIB
Dr. Suparmono, M.Si. Ketua STIM YKPN, Pengurus ISEI Yogyakarta, dan Peneliti Senior Sinergi Consulting Group.
Dr. Suparmono, M.Si. Ketua STIM YKPN, Pengurus ISEI Yogyakarta, dan Peneliti Senior Sinergi Consulting Group.

KRjogja.com - ADA hal menarik saat Bank Indonesia membahas tentang Inflasi DIY 2025 di Outlook Perbankan 2025 oleh BPD DIY. Inflasi DIY sebesar 0,15 persen (mtm) atau 2,56 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi nasional 2,65 persen. Di balik angka ini, ada fenomena menarik dan menggelitik dan patut dicermati bahwa perawatan pribadi dan jasa lainnya menjadi penyumbang inflasi sebesar 0,07 persen di atas kelompok makanan, minuman dan tembakau yang selama ini menjadi penyumbang utama inflasi. Ini mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin mengutamakan penampilan dan kesejahteraan diri.

Pergeseran gaya hidup di Yogyakarta sebagai kota pelajar dan pariwisata memiliki karakteristik demografis yang unik. Populasi Gen Z dan Milenial diperkirakan mencapai 46 persen dari penduduk DIY. Permintaan produk dan jasa perawatan pribadi mengalami peningkatan signifikan. Generasi yang dikenal "self-care generation" rela mengalokasikan budget khusus untuk perawatan kulit, rambut, hingga body treatment. Dalam beberapa hari terakhir ini bahkan kita lihat fenomena unik di gerai emas Antam dan toko emas perhiasan yang mengalami antrian yang panjang dan kecenderungan untuk peningkatan permintaan aset safe-haven.

Survei Biaya Hidup Mahasiswa oleh Bank Indonesia 2024 menguatkan tren ini. Rata-rata mahasiswa di DIY menghabiskan Rp191.494 per bulan untuk skincare dan body treatment, berkontribusi pada total pengeluaran lifestyle sebesar Rp685.824. Dengan mahasiswa mencapai 442.162 orang, potensi pasar perawatan pribadi di Yogyakarta sangat besar. Hal yang menggelitik adalah bahwa rata-rata biaya hidup mahasiswa DIY pada 2024 mencapai Rp2,96 juta per bulan, ini diatas UMK DIY untuk kota yang Rp2.655.041.

Penetrasi media sosial dan peran influencer yang gencar mempromosikan tren self-care di platform dan kanal media sosial menjadi katalisator tren skincare routine, Korean beauty, hingga treatment di klinik kecantikan. Tak heran jika bisnis barbershop modern, salon, klinik kecantikan, dan toko kosmetik menjamur di setiap sudut kota Yogyakarta.

Meski menjadi penyumbang inflasi di DIY, perkembangan perawatan pribadi ini memberikan dampak positif dalam menciptakan lapangan kerja baru, dari beautician, terapis, hingga sales produk kecantikan. Industri ini juga mendorong pertumbuhan UMKM lokal yang memproduksi sabun herbal, lulur tradisional, dan produk kecantikan berbahan alami khas Yogyakarta.

Pertanyaannya, bagaimana mengendalikan, bukan menekan tekanan produk perawatan pribadi terhadap inflasi. Bank Indonesia dan pemerintah daerah perlu mengantisipasi tren ini dengan kebijakan yang bijak. Mendorong produksi lokal produk perawatan pribadi agar tidak tergantung impor, atau paling tidak mengambil porsi signifikan pada pasar produk perawatan.

Tidak kalah penting, edukasi dan literasi keuangan kepada Gen Z dan Milenial agar bijak dalam mengalokasikan budget untuk kebutuhan lifestyle tanpa mengorbankan kebutuhan primer. Di era digital ini, sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Ini dapat membawa generasi muda bila tidak bijak, akan terperosok pada pemanfaatan pendanaan praktis dan beresiko, misalnya melalui pinjaman online dan sumber pendanaan lainnya. Sekali lagi, literasi keuangan perlu ditingkatkan pada generasi muda dan usia dewasa.

Tren ini membuka peluang bagi perbankan dan pemerintah daerah dalam pengembangan produk pembiayaan untuk UMKM di sektor kecantikan dan wellness. Dengan akseptasi pembayaran digital seperti pengguna QRIS yang terus meningkat di DIY 7,2 persen dengan nilai transaksi mencapai Rp5,42 triliun pada September 2025. Ekosistem bisnis perawatan pribadi bisa tumbuh lebih inklusif dan terdigitalisasi bisa menjadi contributor pada perekonomian DIY, tapi kontribusi inflasinya juga perlu dikendalikan. (Dr. Suparmono, M.Si. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Yogyakarta, Peneliti Senior Sinergi Visi Utama Consulting, dan Pengurus ISEI Yogyakarta)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X