opini

Pemimpin Harus Survive Segala Kondisi

Rabu, 8 Juni 2022 | 12:50 WIB
Utik Bidayati, S.E. M.M., Wakil Rektor Bidang Keuangan, Kehartabendaan, dan Administrasi Umum UAD.

DUA TAHUN masa pandemi akibat penyebaran virus COVID-19, memberikan banyak perubahan yang sangat signifikan pada beberapa aktivitas organisasi yang bergerak diberbagai jenis usaha. Pandemi telah memaksa sebagian besar aktivitas berubah dan bahkan berhenti karena membahayakan raga dan jiwa manusia. Begitu banyak organisasi tumbang karena adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat, menyeluruh di segala aspek, dan berdampak signifikan. Kondisi ini mempengaruhi setiap aktivitas yang biasa berjalan di setiap organisasi. Namun demikian tidak sedikit pula yang mampu tetap bertahan dan bahkan mencatatkan kenaikan kapasitas organisasinya dalam satu tahun terakhir. Banyak hal yang bisa dianalisis untuk mendapatkan pembelajaran dari kejadian-kejadian yang menimpa hampir semua organisasi di dunia ini.

Pandemi Covid-19 memaksa organisasi beradaptasi dalam banyak hal. Ketenangan dan kenyamanan yang biasa dijalankan organisasi selama ini, seolah terusik dengan keterbatasan-keterbatasan yang muncul sebagai dampak ancaman kesehatan dan kehidupan dari seluruh warga dunia. Mobilitas manusia dibatasi dengan sangat ketat untuk mengendalikan penyebaran virus Corona. Kondisi tersebut memberikan dampak besar pada semua aktivitas manusia. Pergerakan yang sangat terbatas ini mengakibatkan banyak aktifitas seolah berhenti. Kehidupan di berbagai organisasi yang selama ini ibarat roda yang terus berputar, seketika menghilang dan mati dalam beberapa waktu. Peristiwa luar biasa dalam dua tahun ini akhirnya menyisakan organisasi yang tangguh dan tetap survive menghadapi tantangan.

Kemampuan organisasi atau perusahaan dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat, fundamental, dan di luar perhitungan yang terjadi di hampir semua aktivitas, menjadi salah satu kunci untuk tetap survive. Ibarat sebuah kapal yang berlayar di tengah badai atau pesawat yang masuk pada kondisi turbulensi, maka diperlukan nahkoda atau pilot yang sigap dalam menghadapi lingkungan ekstrim yang muncul dalam kurun waktu panjang ini. Pimpinan dalam organisasi menjadi salah satu aktor yang menjadi penentu bahtera organisasi tetap selamat dalam menghadapi turbulensi dan badai organisasi ini. Kelihaian pimpinan ibarat nahkoda yang menghadapi badai di laut, ataupun pilot yang berusaha membawa pesawat tetap bertahan dalam turbulensi di udara. Kondisi perubahan mendadak yang berada diluar perkiraan rencana perjalanan, membutuhkan seorang pemimpin dengan kesiapan dan kesigapan dalam bertindak. Organisasi membutuhkan pimpinan yang selalu siaga dengan perubahan-perubahan yang mendadak dan mendesak.




-

Bangunan besar organisasi membutuhkan pimpinan yang kuat dan memiliki daya juang tinggi dalam menghadapi kondisi yang tidak stabil. Kemampuan dalam menggerakkan semua sumberdaya, menjadi salah satu titik kekuatan untuk mengatasi segala tantangan. Sumber daya manusia sebagai salah satu roda penggerak organisasi harus termobilisasi dengan tepat. Dalam kondisi seperti ini, pimpinan memiliki peran besar untuk dapat meyakinkan semua komponen sumber daya manusia di dalam organisasinya, agar mampu dan mau menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi yang sangat berbeda dari yang selama ini dijalankan dan dihadapi. Adaptasi dengan kondisi dan tuntutan situasi yang sangat baru, bahkan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, harus siap dilakukan semua komponen organisasi. Keadaan ini memerlukan dorongan dan dukungan pimpinan dengan menunjukkan keyakinan yang tinggi untuk melewati masa-masa sulit organisasi.

Meskipun selama ini diyakini bahwa pimpinan telah menyusun rencana dan target tujuan organisasi, namun bisa dikatakan sebagian besar mereka tidak memperkirakan adanya peristiwa besar yang memporakporandakan sebagian besar rencana dan strateginya. Perencanaan organisasi yang sebelumnya telah tersusun dan tertata dengan baik, harus disesuaikan secepat mungkin dikala bencana global Covid-19 terjadi. Semua yang telah dirancang, sangat besar kemungkinannya menjadi tidak relevan dijalankan. Pimpinan harus bertindak cepat untuk mengevaluasi target dan tujuannya dengan mempertimbangkan hal baru yang dihadapi saat itu. Adaptif dan fleksibel diperlukan organisasi agar tetap lentur dalam mengikuti proses perubahan. Semua itu dapat dilakukan dengan keberadaan pimpinan yang juga siap untuk tidak bertahan pada status quo.

Saat ini, dua tahun setelah menjalani masa sulit, keadaan mulai menunjukkan kestabilan kembali. Organisasi yang mampu melewati badai mulai menata diri. Pandemi mungkin juga meninggalkan suasana baru yang harus dijalani organisasi. Semua mendapat pelajaran sangat berharga yang bisa jadi tidak tertulis dalam buku yang telah dipelajari atau rencana yang dituliskan. Tangan, hati, dan pikiran pimpinan menjadi pengarah dan pemandu organisasi, dalam menghadapi perubahan selanjutnya dengan sukses.(Utik Bidayati, S.E. M.M., Wakil Rektor Bidang Keuangan, Kehartabendaan, dan Administrasi Umum UAD)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB