Ada pula penyesalan ketika kegagalan menimpa. Dari sekian banyak cabang olahraga yang diikutsertakan Asian Games 2018, cabang pencak silat terbilang paling berprestasi karena mampu menyumbang 14 medali emas. Dalam pada itu, sepakbola yang digadang-gadang mampu berprestasi
sebagaimana Timnas U-16, ternyata gagal. Sebagai bangsa mesti mampu memetik hikmah dan pelajaran dari kesuksesan dan kegagalan itu.Â
Pertama, olahraga tidak identik dengan olah fisik semata, melainkan perpaduan aktivitas jiwa dan raga secara terukur dan teratur. Pelatihan dan pembinaan, mesti diawali dari olah jiwa. Mentalitas dan karakter pemberani, pejuang, dan sportif mesti ditanamkan sejak usia dini. Bangunlah jiwanya, baru bangunlah raganya.Â
Kedua, olahraga perlu ilmu, dan bukan sekadar adu otot. Dalam ilmu ada nilai-nilai sportivitas, nilai kejujuran, nilai sopansantun, dan nilai perjuangan. Atlet berilmu, akan berperilaku sportif, tidak curang, atau protes kepada wasit. Atlet berilmu pasti hormat kepada pelatih dan suporter. Atlet berilmu pasti terpanggil jiwanya untuk mengharumkan nama bangsa. Karenanya, pelatihan dan pembinaan atlet harus diawali dengan penanaman nilai-nilai keilmuan,
khususnya di bidang olahraga.Â
Ketiga, di dalam ilmu, ada pengetahuan keolahragaan. Luasnya pengetahuan akan memotivasi terjangkaunya prestasi lebih tinggi. Atlet berpengetahuan luas, tidak puas hanya berprestasi ditingkat lokal, melainkan terdorong untuk berprestasi sampai tingkat nasional dan internasional. Karenanya, pengetahuan atlet perlu diperluas, mencakup: materi, wilayah, wawasan, dan cita-citanya.Â
Keempat, keterampilan merupakan faktor dominan dalam olahraga. Negeri ini kaya calon-calon atlet berbakat dan berketerampilan tinggi. Mereka perlu ditemukan, dilatih dan dibina serius. Contohlah Timnas U-16, dan pencak silat. Tingkatkan terus ketrampilannya. Jaga kemurnian jiwa mereka sebagai olah-ragawan sejati. Bentengi dari kontaminasi politik, materi, dan narkoba.Â
Terakhir, altet belum berprestasi silahkan iri karena tidak mendapatkan bonus. Demi keadilan, iri dibenarkan bila disertai motivasi tinggi demi prestasi di kemudian hari. Jayalah negeriku Indonesia. Salam Pancasila. Â
Prof Dr Sudjito Atmoredjo SH MA, Guru Besar Ilmu Hukum UGM.