Pengolahan ide yang sangat hati-hati tersebut, diharapkan mampu menyampaikan pesan mulia sampai kepada siwi atau anak didik dengan sempurna, dan diterapkan sesuai dengan aturan main yang berlaku yang empan papan. Hal itu sejalan dengan ungkapan yang tertuang dalam potongan tembang Jawa: kang tumrap neng tanah Jawa, agama ageming aji. Dalam praktiknya, aktivitas untuk menerapkan ilmu harus sesuai dengan kaidah atau hukum yang berlaku di suatu wilayah, misalnya tanah Jawa.
Uraian singkat ini mudah-mudahan mampu menggugah kesadaran pikir bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi jauh dari itu, bahasa sebagai wahana pembentuk manusia untuk sadar menjadi manusia, atau alat nguwongke uwong. Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila orang Jawa selalu mengingatkan agar manusia tidak asal ucap atau aja waton ngucap, karena ajining dhiri saka lathi.
(Prof Dr Endang Nurhayati MHum. Dekan dan Penanggung Jawab Kegiatan Dies ke-55 FBS UNY. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Jumat 4 Mei 2018)