opini

Transformasi Kader Muda Muhammadiyah

Rabu, 14 Maret 2018 | 15:18 WIB

KHITTAH Muhammadiyah sejak awal mengukuhkan diri sebagai gerakan amar maíruf nahi munkar. Muhammadiyah tidak mengambil jalur politik praktis. Namun, Muhammadiyah bukan antipolitik. Meminjam istilah M Amien Rais, Muhammadiyah memainkan peran kebangsaan dengan high politics.

High politics itu pun kini menunggu pembuktian. Artinya, high politics bukan sebuah agenda melangit, namun perlu diimplementasikan pada ranah nyata. Yaitu, sebuah upaya dan komitmen Muhammadiyah menjaga perahu kebangsaan dan keumatan agar tetap kukuh di jalur sirathal mustaqim.

Perahu kebangsaan perlu dijaga. Pasalnya umat Islam adalah penghuni Republik ini. Jika Republik rusak, maka Bangsa Indonesia termasuk umat Muhammadiyah juga akan hancur. Sebaliknya, jika kebangsaan penuh dengan kemakmuran, maka seluruh komponen bangsa dan negara juga akan sejahtera.

Mewujudkan kesejahteraan dan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya merupakan visi Muhammadiyah. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya perlu upaya sistematis melalui banyak jalur. Jalur sosial, pemberdayaan masyarakat, dan pendidikan sudah menjadi jalan Muhammadiyah sejak seabad lalu.

Politik Garam

Jalur politik belum pernah menjadi pilihan Muhammadiyah. Namun, jalur politik yang dipilih bukan mendorong Persyarikatan kepada realitas politik praktis yang kumuh dan kotor. Tetapi bagaimana Muhammadiyah mampu memberi warna? Meminjam istilah Muhammad Hatta, umat Islam perlu memainkan politik garam, bukan politik gincu. Menjadi terang dan garam bagi dunia, begitu meminjam teologi gereja.

Umat Islam perlu mawas diri dalam proses kebangsaan itu. Proses mawas diri itu adalah bagaimana umat Islam sebagai penghuni terbesar Republik ini turut berperan serta dalam pembangunan keadaban dan keumatan. Oleh karena itu menggali kearifan high politics guna menjadi garam dan terang bagi dunia menjadi tantangan keumatan saat ini.

Keumatan akan kokoh saat banyak kader bertransformasi dalam berbagai ranah kebangsaan. Transformasi kader dalam hal ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (berdiri 14 Maret 1964) yang sistematis perlu dirancang dalam sebuah agenda kerja dan langkah bersama. Meminjam bahasa Alquran perlu taíawanu ala birri wa taqwa (tolong menolong dari kebaikan dan ketakwaan) dan shaffan kaíanhum bunyanun marshush (berbaris rapi sebagaimana bangunan yang berdiri kokoh).

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB