opini

Masih Ada Kekerasan

Sabtu, 27 Mei 2017 | 09:19 WIB

BOM kembali meledak di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur (24/5). Mencabut tiga nyawa manusia dan 11 manusia tak berdosa luka-luka. Sebelumnya, (27/2) bom panci meledak di Cicendo Bandung. Pelakunya tewas seketika. Pertanyaannya, mengapa pemboman atau teror mempergunakan bom dan membunuh orang tak berdosa senantiasa terjadi di negeri yang beragamanya ramah, toleran, santun dan rajin beribadah? Mengapa masih ada kekerasan yang terjadi?

Setiap pelaku pemboman dengan tujuan membunuh orang lain yang tidak berdosa jelas perbuatan tidak beradab, alias tidak berperikemanusiaan. Apapun alasannya apalagi menggunakan agama sebagai alasan. Bahkan penggunaan dalil agama ini bisa dimasukkan dalam kategori menzalimi agama itu sendiri. Karena ini bukan hanya ëmemperkosa agamaí tetapi menjadikan Tuhan sebagai sandra ditangan para pembuat dan pelaku pemboman.

Sebagian orang yang melakukan tindakan pemboman terhadap orang lain argumennya karena terjadi ketidakadilan ekonomi dan ketidakadilan politik sebuah rezim kekuasaan. Jika hal ini memang menjadi argumen, mengapa penyelesaiannya dengan peledakan atau pemboman bukankah tidak akan pernah menyelesaikan kesenjangan yang dituduhkan?

Kita juga masih bisa mempersoalkan secara serius, apakah yang dimaksudkan dengan ketidakadilan ekonomi tersebut karena adanya korupsi yang menggila atau karena adanya kebijakan negara yang tidak adil? Jika hal ini bukankah penyelesaiannya adalah adanya kebijakan negara yang adil dan memihak kaum miskin papa?

Untuk menunjukkan kepemihakannya pada kaum papa mestinya yang dilakukan adalah melakukan dan mendorong negara untuk membuat kebijakan agar keadilan ekonomi dan politik bisa diakses oleh seluruh warga negara. Hal ini pun tidak bisa dilakukan dengan serta merta bagaikan membalik telapak tangan dalam sekecap. Kita harus pula bersedia memberikan kesempatan kepada negara untuk berbenah dan menata sistem ekonomi dan politik secara baik dan mandiri sehingga keadilan ekonomi politik dapat tercapai.

Negara tidak sanggup menata ekonomi dan politik secara mandiri, mapan dan stabil jika terlalu banyak gangguan yang sifatnya datang dari dalam. Seperti demontstrasi yang masif serta pemboman yang dirancang secara sistematis dibeberapa daerah di Indonesia.

Lalu bagaimana dengan kekerasan yang terjadi? Dalam kasus bom Kampung Melayu, pertama, segera buru pelaku pemboman yang tidak mati pada saat kejadian. Bila pelaku sudah teridentifikasi dengan baik oleh pihak aparat keamanan, siapapun pelakunya harus diadili sebagaimana perbuatan yang dilakukan. Seandainya memiliki jejaringan dengan kelompok mana pun yang biasa melakukan pekerjaan teror dengan bom, bikinlah jera tetapi juga polisi jangan sampai salah tangkap atas pelaku.

Kedua, tegakkan hukum dengan benar dan adil sehingga masyarakat percaya pada aparat keamanan dalam menegakkan hukum di Indonesia. Inilah salah satu cara agar masyarakat percaya pada aparat kepolisian. Jangan sampai para pelaku pemboman diperlakukan seperti biasa, karena telah melakukan pembunuhan kepada orang-orang yang tidak berdosa.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB