Pendidikan karakter kepada siswa sebagai generasi emas layak menjadi fokus. Maka jangan salah arah dalam memberikan motivasi, inspirasi dan pengaruh. Nama besar dan nasib bangsa dipertaruhkan. Seperti harapan Jokowi dalam membangun pendidikan karakter dengan mengoptimalkan dan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler agar anak-anak (siswa) mendapatlan kegiatan yang positif. Tugas Kemendikbud dalam menyusun dan merumuskan dengan pemikiran yang lebih komprehensif serta disinergikan dengan Kurikulum 2013.
Sekolah sebagai institusi pendidikan yang tidak tanggap dalam menghadapi dinamika perubahan zaman ini akan perlahan-lahan punah karena tidak mampu beradaptasi dan beradopsi dengan kebutuhan masyarakat baru tersebut. Penanaman dan pengaktualisasian pendidikan karakter sudah tidak bisa ditunda dan wajib dilaksanakan secara holistik.
Tinggal bagaimana Kemendikbud merumuskan perencanaan sehingga mudah diaplikasikan. Karena perubahan zaman analog ke zaman digital di era global. Sebab banyak hal yang mempengaruhi rendahnya produktifitas kaum muda. Mulai dari tingginya pengaruh tingkat pengangguran terbuka, premanisme, tawuran antar pelajar, pornografi (degradasi moral), dan penyalahgunaan obat-obatan psikotropika dan narkotika (narkoba).
Dalam pendidikan, budaya menerabas, malas belajar, berlaku curang setiap pelaksanaan Ujian Nasional (UN), plagiat (menyontek) dan jual beli ijasah palsu acap muncul. Sebuah fenomena pendidikan yang jauh dari nilai kejujuran dan tanggung jawab. Bentuk kegagalan pendidikan karakter yang diharapkan. Menjadikan instropeksi, karena tidak lama lagi akan dilaksanakan Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Dibutuhkan kepeloporan, keteladanan kepemimpinan guru dalam manajemen sekolah. Senantiasa meletakkan dan menyisipkan karakter yang sesuai dengan kepribadian bangsa demi idealisme pendidikan yang beradab. Secara berencana, terstruktur mengatur mekanisme dalam kegiatan (UN) sekolah. Dengan mengotimalkan peran siswa yang memiliki idealisme, daya kritis, daya juang yang tinggi dengan menjunjung tinggi kejujuran.
(Lenni Yovita SE MSi. Dosen Manajemen Udinus Semarang. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Senin 13 Maret 2017)