opini

Menimbang Eksistensi Mapala Unisi

Jumat, 27 Januari 2017 | 23:41 WIB

RASA sedih, hancur, merasa kecolongan, dan ingin menangis bercampur aduk menjadi satu ketika mendengar kabar tiga orang peserta The Great Camping ke-37 Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Islam Indonesia (TGC ke-37 Mapala Unisi), meninggal dunia dalam pendidikan dasar yang berlangsung di Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah. Simpati, duka mendalam, dan peluk erat juga penulis sampaikan kepada keluarga korban atas nama Muhammad Fadhli (20), Syaits Asyam (19), dan Ilham Nur Padmy Listya Adi (20). Semoga arwah tiga mahasiswa hebat tersebut mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT.

Sebagai seseorang yang pernah dididik oleh organisasi Mapala Unisi, penulis merasakan betul perasaan yang dialami keluarga korban. Semoga keluarga korban diberikan ketabahan yang luar biasa serta mengharapkan jalinan kekeluargaan yang erat dan tidak terputus.

Semboyan

Pada awal berdirinya dan diresmikan di Puncak Gunung Merbabu 3 Juli 1974, Mapala Unisi mempunyai visi dan misi yang sungguh mulia. Organisasi yang mempunyai semboyan ‘Pantang Kembali Sebelum Mencapai Puncak Idaman’ tersebut juga telah menyebarkan semangat dan idealismenya melalui anggotanya di seluruh pelosok negeri. Selain kegiatan di alam terbuka, pelatihan pertolongan pertama dan penanganan bencana pun turut ditekankan. Para anggota maupun alumninya turut aktif dalam penanganan berbagai bencana nasional, contohnya Gempa Bumi Aceh (2004), Gempa Bumi Yogya (2006), Erupsi Gunung Merapi (2010), dan banjir di beberapa daerah.

Doktrin dan virus semangat yang disebarkan oleh organisasi Mapala Unisi adalah kesetiakawanan, kebersamaan, kemanusiaan, serta tetap taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebutlah yang selalu ditekankan dalam pendidikan, sehingga dengan harapan bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Musibah di dalam pendidikan dasar yang berlangsung pada 14-22 Januari 2017, yang merenggut nyawa tiga mahasiswa calon pemimpin bangsa tersebut, seolah-olah meruntuhkan nama besar Mapala Unisi yang telah dibangun dan dilestarikan selama bertahuntahun. Terasa sangat ironis, karena dalam sejarah perjalanannya, belum pernah ada korban meninggal di kegiatan apa pun Mapala Unisi. Akibat dari Tragedi Lawu, banyak harapan dari berbagai pihak agar organisasi pencinta alam tersebut segera dibubarkan.

Penulis yang merupakan alumnus Mapala Unisi dan peserta TGC ke-25 tahun 2002, menolak kekerasan dalam bentuk apa pun, serta sangat memahami dan memaklumi desakan dari berbagai pihak. Bagaimanapun nyawa seseorang tidak bisa dipertaruhkan dengan alasan apa pun. Pengalaman penulis yang pernah menjadi siswa the great camping, merasakan bahwa peserta dididik untuk tetap semangat, fokus, dan disiplin dalam berbagai situasi. Fisik dan segalanya boleh habis, tetapi semangat harus tetap membara. Siswa juga ditempa untuk menghadapi berbagai keadaan sulit, dengan harapan menjadi pribadi tangguh dan berkarakter dalam menghadapi berbagai problema.

Harapan Pascatragedi Penulis mendukung penuh langkah yang dilakukan oleh Rektor UII, Dr Harsoyo, dalam menuntaskan tragedi tersebut dengan cara membentuk tim investigasi dan pencari fakta. Kebijakan untuk membekukan sementara waktu Mapala Unisi dan kegiatan luar lainnya adalah langkah yang bijaksana untuk evaluasi demi kemajuan masa depannya.

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB