Sebaliknya kelompok Muslim liberal justru mengusung tema-tema dalam rangka reaktualisasi ajaran Islam. Yang patut disayangkan, tema-tema yang diusung kelompok ini sering memicu kontroversi di kalangan umat. Menghadapi perdebatan dua mazhab pemikiran Islam ini, Muhammadiyah harus menampilkan diri sebagai pelopor Islam tengahan (al-wasathiyah). Muhammadiyah juga harus menjalankan fungsi management of ideas dari berbagai mazhab pemikiran.
Pendekatan dan Strategi
Muhammadiyah harus menemukan pendekatan dan strategi yang jitu untuk mengajak berbagai mazhab pemikiran yang ekstrem bergerak ke posisi tengah (median position). Ajakan bersikap moderat ini akan efektif jika ditempuh melalui dialog yang tulus dan tidak saling mengklaim kebenaran. Jika dialog ini dilakukan secara berkelanjutan, pada saatnya kita akan menyaksikan wajah Islam Indonesia benarbenar moderat dan toleran terhadap berbagai keragaman.
Posisi tengah penting sebagai tempat berpijak berbagai mazhab pemikiran. Jika Muhammadiyah berhasil menjadi mediator yang baik bagi berbagai mazhab pemikiran keagamaan, maka ini akan menjadi kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan Islam Indonesia. Dan, untuk kepentingan ini semua jelas membutuhkan ilmu. Karena itulah, Muhammadiyah harus merevitalisasi orientasi ideologinya agar mampu menjadi gerakan praksis sekaligus gerakan intelektual.
(Dr Biyanto. Dosen UIN Sunan Ampel dan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. Artikel ini dimuat Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat, Jumat 18 November 2016)