opini

Eco-Architecture dalam Keberlanjutan Pariwisata

Rabu, 27 Desember 2023 | 19:01 WIB
Novi Irawati, S.T, M.Sc, Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta.


KRjogja.com - PERKEMBANGAN dunia pariwisata tidak lepas dengan peranan dunia arsitektur. Sebuah karya inovatif yang dihasilkan dapat memberikan daya tarik tersendiri dan dapat mempengaruhi citra kawasan. Pengonsepan tata ruang kawasan yang baik berdampak pada penguatan karakteristik kawasan yang nantinya dapat menjadi nilai tersendiri bagi tiap kawasan yang dikembangkan. Berbicara tentang pengembangan kawasan wisata penting diperhatikan terkait konservasi alam karena dalam setiap pembangunan dapat dipastikan memunculkan banyak perubahan dan dampak. Sehingga hal ini dapat menjadi dasar utama dalam merencanakan kawasan wisata yang berkesinambungan serta dapat mengurangi dampak dari setiap tahapan pembangunan.

Sebagai contohnya saja pengembangan kawasan wisata dengan konsep eco architecture . Konsep ini merupakan konsep pengembangan desain arsitektural yang menitikberatkan pada permasalahan energi dan berwawasan lingkungan. Tujuan konsep ini diharapkan pembangunan arsitektur yang dilakukan tidak mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan, melainkan dapat kontekstual dengan lingkungan sekitar serta dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Selain itu pembangunan kawasan yang menerapkan Eco-Architecture diharapkan mampu menanggapi permasalahan terkait energi dengan penggunaan energi yang bersifat terbarukan sehingga mampu menjaga dan melestarikan sebagai warisan local demi keberlangsungan kehidupan manusia di masa mendatang atau sering dikenal dengan konsep sustainable development.

Arsitektur ekologi dapat diartikan sebagai pengembangan lingkungan binaan yang sangat diperlukan agar keberadaan manusia saling berhubungan dengan alam. Alam menjadi dasar terpenting dalam mempertimbangkan tujuan pembangunan, tetapi juga kehidupan dan pemeliharaannya. Bisa juga diartikan sebagai perkembangan kognitif lingkungan yang menggunakan energi alam. Heinz Frick (1998) berpendapat bahwa eko-arsitektur tidak menentukan apa yang dimaksud. Hal ini dikarenakan dalam arsitektur tidak ada ciri-ciri unik yang dibatasi oleh standar baku. Namun hal ini terbentuk karena hubungan keselarasan antara manusia dan alam. Arsitektur lingkungan memiliki cakupan aspek waktu, lingkungan, sosial budaya, ruang dan teknik bangunan.

Standar bangunan sehat dan bangunan ramah lingkungan berdasarkan versi buku panduan arsitektur ramah lingkungan Heinz Frick dan kawan-kawan: 1) Penciptaan ruang hijau antar bangunan 2) Pilih lokasi tapak yang baik 3) Material buatan lokal 4) Pemanfaatan penghawaan alami 5) Pilih lapisan dinding dan langit-langit yang mampu melepaskan uap air. 6) Menjamin bangunan tersebut tidak menimbulkan masalah lingkungan. 7) Penggunaan energi terbarukan. 8) Bangunan bebas hambatan (tersedia untuk segala usia).

Prinsip-prinsip di atas telah disederhanakan menjadi : Arsitektur yang diterapkan dan dipelajari (Dinur Bathel, 2005, Interweaving Architecture) dan perspektif teoritis ekologi) pada tiga prinsip:

1. Fluctuation
Fluctuation adalah kecenderungan untuk berubah/berkembang dengan cepat. Atau tiba-tiba dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Budaya menjadi prinsip dasar dari perubahan bangunan yang didesain, dirasakan, dibangun dan dianggap sebagai tempat yang berbeda secara budaya dan hubungan proses alami. Bangunan harus menunjukkan keterkaitan dengan lingkungan alam. Kemampuan untuk memikirkan proses melampaui apa yang terjadi di lapangan. Ini bukan tentang menunjukkan suatu proses, tetapi tentang kesuksesan dan tindakan. Sehingga manusia yang berada dikawasan tersebut terhubung dengan realitas ruang.

2. Stratification
Stratification adalah sesuatu yang terjadi melalui proses alami pembentukan lapisan-lapisan di atas satu sama lain. Tujuan dari stratifikasi adalah sebagai berikut: Tata letak organisasi bangunan harus dihasilkan dari interaksi berbagai bagian tingkatan yang diatur secara terpadu.

3. Interdependence (Saling ketergantungan)
Interdependence adalah bagaimana kita bergantung satu sama lain. Maksudnya adalah hubungan antara bangunan dengan bagian-bagiannya merupakan hubungan timbal balik. pengulas (perancang dan pengguna) dan dimana bagian-bagian tersebut tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara bangunan dan komponen-komponennya bersifat permanen. Selama masa penggunaan manfaat bangunan tersebut.

Oleh karena itu pentingnya pemahaman penerapan konsep yang tepat dalam setiap pengembangan kawasan wisata agar pembangunan yang dilakukan tidak menimbulkan permasalahan negative yang akhirnya mempengaruhi kerusakan ekosistem alam lingkungan. (Novi Irawati, S.T, M.Sc, Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB