opini

Literas Digital Anak

Senin, 22 Juli 2024 | 21:40 WIB
Dr. Y. Sari Murti Widiyastuti, SH.M.Hum.


​KRjogja.com - SEBUT saja 'Bunga', anak berusia 14 tahun yang saat ini mengalami depresi pasca dilecehkan oleh pria yang dikenalnya melalui sosial media. Pria sebaya yang dikenalnya melalui sosmed mengajak bertemu darat dan membawanya ke sebuah tempat penginapan. Di sanalah Bunga mengalami peristiwa yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya dan kini membuat dirinya mengalami sakit mental.

Apa yang dialami Bunga sebenarnya juga banyak dialami oleh anak-anak/ramaja lain nya. Bahkan ada yang modusnya menawarkan kesempatan untuk menjadi endorser dari suatu produk dengan iming-iming rupiah yang dianggap wouuw bagi anak-anak/remaja putri zaman now tanpa ia sadari bahwa untuk mendapatkan itu ia harus bersedia divideo dan direkam. Setelah itu rekaman video yang mengandung pornografi dijadikan alat untuk memaksa agar korban mau menuruti apa maunya dengan ancaman jika menolak maka videonya akan disebarluaskan.

​Memang di era digital dan serba internet ini, segala urusan dan kebutuhan manusia menjadi lebih mudah untuk dilakukan atau dipenuhi hanya dengan satu alat di genanggaman yakni gadget. Akan tetapi segala kemudahan tersebut secara cepat bisa berubah menjadi petaka manakala manusia yang memegang gadget tidak siap baik secara psikososial apalagi secara hukum. Hal itu bisa jadi disebabkan karena anak-anak/remaja belum cukup memahami konsekuensi dari pilihan fitur yang terhubung dengan internet, terlebih konsekensi manakala bertemu dengan seseorang yang begitu mengesankan dan mungkin mengagumkan sehingga mampu menggerakkan untuk bertemu darat danlangsung mau diajak pergi bersama.

​Secara teknologi dalam arti kemampuan anak-anak dalam mengoperasikan gadget bisa dikatakan lebih piawai dibandingkan orang tuanya. Namun kehati-hatian dan kebijaksanaan manakala harus berhadapan dengan kenalan baru yang dijumpai melalui internet sering diabaikan. Padahal yang dijumpai berbeda jenis kelamin dan anak-anak/remaja perempuan tersebut seringkali belum menjadikan sikap kehati-hatian sebagai rambu untuk melangkah bertemu darat dengan orang baru yang dikenalnya melalui internet.

Bahkan orang tuapun kadang tidak peduli kemana dan dengan siapa ia akan pergi. Bagi orang tua, yang penting sudah memenuhi keinginan anak yakni bisa membelikan gadget yang diminta oleh anaknya.

​Berkaca dari berbagai kasus yang ada di seputar kejahatan terhadap anak berbasis online, termasuk kekerasan seksual berbasis gender seperti pendekatan untuk memperdaya (cyber grooming), pelecehan online (cyber harassment), peretasan (hacking), konten illegal (illegal content), pelanggaran privasi (infringement of privacy), ancaman distribusi foto/video pribadi (malicious distribution), pencemaran nama baik online (online defamation), dan rekrutmen online (online recruitment).

Tentu semua itu membahayakan bagi anak-anak/remaja kita, ang tua perlu diedukasi selain juga harus mengedukasi anak-anak/remaja agar mereka mempunyai pemahaman yang komprehensif dan akhirnya mampu saling mengingatkan satu sama lain.

Membangun literasi digital tidak boleh ditunda-tunda lagi dan hal ini dapat dilakukan secara bergotong royong, tidak usah menunggu anggaran ada atau tidak. Ini sungguh mendesak. Maka jadikan Hari Anak Nasional Indonesia 2024 ssebagai momentum untuk bergerak bersama, mengatasi masalah konkrit di depan mata. Karena itu, peringatan Hari Anak Nasional 2024 harus kita sambut sebagai ajakan untuk berbuat sesuatu yang konkrit secara bergotong royong untuk menyelamatkan anak-anak/remaja sebagai pelita jaman agar tidak padam di tengah perjalanan.

Kejahatan berbasis online dapat mengganggu tumbuh kembang dan kelangsungan hidup anak. Selain perlu kepedulian membangun literasi digital pada orang tua dan anak/remaja, kiranya PR lama yang masih tersisa bukan hanya soal stunting saja lalu perlu ada makan siang gratis melainkan masih ada anak yang putus sekolah karena berbagai alasan, anak yang menjadi korban kekejaman bahkan oleh orang tuanya sendiri hingga harus kehilangan nyawa atau anak-anak perempuan yang memilih untuk bunuh diri karena soal asmara, anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk membela diri karena menjadi korban bullying dan masih banyak lainnya.

Selamat Hari Anak nasional 2024. Semoga anak-anak Indonesia tumbuh menjadi anak-anak yang berbudi pekerti luhur, menguasai ilmu pengetahuan dilandasi etika serta mampu memahami sejarah dan budayanya sendiri sehingga kelak menjadi penerus bangsa yang tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Anak Indonesia Pelita Jaman yang akan senantiasa ada… (Dr Y Sari Murti W SH H.MHum, Ketua YLPA DIY/ Dosen FH UAJY)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB