opini

Fobia Dalam Kemerdekaan

Kamis, 15 Agustus 2024 | 08:28 WIB
Dr. Pramudianto, PCC.


Hidup Bahagia Dalam Kemerdekaan
79 tahun Indonesia merdeka dan menjadi bangsa yang besar, namun demikian masyarakatnya kurang bahagia. Indonesia menjadi negara paling bahagia ranking ke-80 dari 143 negara menurut ”World Happiness Report 2024” Ranking Indonesia ini berada di bawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Ada 6 faktor yang dianalisis yaitu produk domestik bruto (PDB) per kapita, harapan hidup sehat, dukungan sosial, kebebasan, kemurahan hati, dan persepsi korupsi.

Sedangkan BKKBN dalam iBangga menyatakan bahwa skor kebahagiaan masyarakat Indonesia di angka 72, sedangkan angka kemandirian 51 dan ketentraman diangka 57, dikarenakan masih tinggi tingkat perceraian. BKKBN mengatakan, walaupun masyarakat kita miskin, tetapi mereka bahagia dan skor indeks kebahagiaan konsisten naik bertahap.

Apa benar bahagia itu bisa menutupi situasi tidak memiliki uang? Kenyataanya masyarakat semakin jauh hidup bahagia, misalnya menabung untuk jalan-jalan ke luar negeri dan mau beli barang yang diimpikan, takut berhadapan dengan bea cukai, bekerja di luar negeri mau pulang sampai bandara takut dipalak, mau berobat takut harus menjalankan pemeriksaan untuk pengembalian investasi alat-alat rumah sakit dan membeli banyak obat untuk biaya seminar para dokter di luar negeri. Mau sekolah saja harus berhadapan dengan zonasi yang tidak jelas, mau kuliah khawatir lulus tidak ada lapangan pekerjaan, baru buka bisnis sudah diincar pegawai pajak, mau taat pemerintah dalam hal pajak khawatir dikorupsi, mau nabung sudah mulai ada pengawasan dengan jumlah tertentu, bahkan mau beribadah untuk menjadi orang baik saja masih banyak pelarangan dan masih banyak lagi. Fobia adalah perasaan takut berlebihan yang terjadi pada seseorang terhadap situasi atau objek tertentu. Hal ini terjadi karena pengalaman, mendengar dan melihat dari berbagai media yang ada.

Peran Pemerintah Dalam Kebahagiaan Masyarakat
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Pemerintah dengan berbagai kebijakan yang baik tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang memiliki integritas, sehingga membuka peluang orang untuk bertindak dan menjadi ancaman bagi masyarakat yang ingin berkontribusi dengan baik bagi negaranya. Misalnya, banyak UMKM tidak ada pendampingan yang signifikan untuk membuat mereka bisa berproduksi dan memasarkan produknya yang berkualitas. Setelah UMKM berhasil, baru pihak-pihak tertentu datang dan mengakuinya sebagai binaannya. Biaya rumah sakit yang mahal dan pelayanan tidak memuaskan, penyalahgunaan BPJS dibeberapa rumah sakit, karena sistem kontrol yang lemah. Hidup sehat semakin dibisniskan, ingin kuliah menjadi dokter spesialis saja dipersulit. Masyarakat banyak berobat ke negara tetangga dengan biaya lebih terjangkau dan kesehatan lebih menjanjikan. Beribadah saja merasa takut, karena sewaktu-waktu bisa dibubarkan. Semakin hari hidup di masyarakat kehilangan makna sosialnya, kenyataannya bahwa kemiskinan seringkali bikin hidup lebih susah dan stress, sedangkan ada yang mengklaim “miskin” tetapi bahagia biar lebih menerima keadaan. Kemiskinan itu keras, bukan sesuatu yang bisa diromantisasi, ada yang salah di sistem sosial kita.

Mentransformasi Fobia menjadi Happiness
Mentransformasi masyarakat hanya ada dua pilihan yaitu, pertama membangun gerakan “clean government” yang akan menjadi teladan bagi masyarakatnya. Hal ini kaitannya dengan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan karakter. Kompetensi meliputi dua hal yaitu kapasitas (meningkatkan kualitas melalui pendidikan) dan result (hasil atau track record), sedangkan karakter meliputi integritas (apa yang selama ini sudah dilakukan) dan intens (maksud dari setiap perbuatan). Hal ini hanya bisa dimulai dari pendidikan. Keberhasilan penanaman nilai-nilai bangsa (Pancasila) tercermin pada ucapan, perilaku para pimpinan dan politisi. Kedua membangun sistem yang kuat tanpa toleransi atau memberi peluang untuk melakukan pelanggaran. Toh masyarakat Indonesia begitu masuk ke Singapura taat dengan peraturan negara tersebut, begitu pulang ke tanah air, kembali berperilaku seolah-olah tanpa ada peraturan (sistem).

Harapan Indonesia Emas
Indonesia Emas dan rakyat bahagia masih ada peluang, jika semua memahami bahwa kemerdekaan perlu dilestarikan, diisi dengan tindakan dan kata-kata sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Walk the Talk, tidak hanya ngomong doang! Selamat Ulang Tahun Negeriku Tercinta.
(Dr. Pramudianto, PCC, Dosen dan Kepala Pusat Pengembangan Bisnis dan Ekonomi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika UAJY)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB