opini

Pembelajaran Berharga dari Internal Branding, Sejauhmana Pentingnya Bagi Organisasi?

Senin, 21 Oktober 2024 | 16:58 WIB
Daniel Yudistya Wardhana S.E., MEI.

 

KRjogja.com - BERBAGAI pemberitaan terkait menurunnya daya beli konsumen dan isu kesejahteraan karyawan telah menjadi pokok pembahasan pada setiap pertemuan manajerial berbagai perusahaan akhir-akhir ini. Oleh karena itu, berbagai tantangan tersebut harus dibarengi dengan strategi yang tepat.

Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses bisnis, karyawan seyogyanya perlu memahami perannya mulai dari tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Oleh karena itu, perusahaan wajib memberikan apresiasi baik secara finansial maupun non finansial bagi karyawannya.Melalui pemahaman akan hubungan karyawan dan Perusahaan tersebutlah, peran internal branding diperlukan.

Internal branding merupakan kesadaran bahwa karyawan juga adalah pelanggan, sehingga harus diperlakukan dengan baik agar memperoleh kepuasan kerja. Internal branding dapat diartikan sebagai upaya perusahaan untuk meyakinkan karyawan untuk merepresentasikan value dari perusahaannya di dalam maupun di luar pekerjaannya sehingga menciptakan citra positif bagi perusahaan.

Namun demikian, tidak jarang perusahaan abai dan kurang menyadari bahwa internal branding merupakan sesuatu yang krusial. Perusahaan sering membiarkan berbagai kondisi internal yang kurang baik berlalu begitu saja. Menurut Clark et.al (2019) ketidakmampuan perusahaan dalam berkomunikasi dengan cara yang tepat kepada karyawan dan tidak adanya antisipasi waktu dalam penerapan strategi internal branding, mengakibatkan kemunduran bagi perusahaan. Belum lagi, adanya pengaruh budaya organisasi, yang menganggap bahwa branding merupakan hal yang mudah sehingga seringkali strategi internal branding tidak berdasarkan data akurat.

Tantangan Bagi Organsisasi

Perusahaan tanpa strategi internal branding akan tampak dari proses rekrutmen dan seleksi karyawan. Perusahaan tidak memahami apa yang sebenarnya menjadi keunggulannya. Dengan tidak adanya pembeda dengan perusahan yang lain tersebut, maka sangat dimungkinkan kandidat yang diterima bukan merupakan best talent yang fit dengan culture perusahaan.

Demikian juga bagi karyawan internal perusahaan, tidak adanya strategi internal branding mengakibatkan karyawan kesulitan untuk merepresentasikan value perusahaannya. Karyawan tidak merasa terlibat dengan perusahaan yang berujung pada tidak adanya rasa memiliki dan bangga pada tempat mereka bekerja. Padahal, karyawan diharapkan dapat menunjukkan citra positif perusahaan agar dapat menarik kandidat potensial untuk bergabung.

Walaupun demikian, perusahaan dapat mengendepankan prinsip kolaborasi. Yaitu dengan sosialisasi dan konsultasi internal terlebih dahulu, untuk meminimalkan misinformasi dari suatu rencana strategis. Konsultasi dapat dilakukan dengan berdiskusi dengan para pakar di dalam perusahaan untuk menghindari asumsi yang kurang tepat dan mencapai konsensus.
Menerapkan Internal Branding Secara Efektif

Penerapan internal branding dapat dilakukan dengan komunikasi yang intensif dan terbuka dengan karyawan secara formal terjadwal maupun informal insidental. Melalui komunikasi tersebut perusahaan dapat menjaring masukan sebagai dasar perbaikan pelayanan kepada karyawan. Jika karyawan memilih komunikasi informal maka perusahaan harus memfasilitasinya. Apa yang menjadi hasil dalam suatu pertemuan hendaknya ditindaklanjuti dengan seksama, sehingga tidak menjadi pembahasan yang berulang dikemudian hari.

Perusahaan perlu memperhatikan timing dan konsistensi dalam berkomunikasi dengan karyawan. Perusahan perlu bijak dalam melihat kondisi eksternal, apakah ada kondisi tertentu yang menjadi perhatian karyawan, misal ketika ekonomi memburuk, maka perusahaan dapat menggunakan metode yang lebih luwes, agar pesan yang akan disampaikan dapat diterima dengan baik.

Sedangkan konsistensi menitikberatkan pada intensitas komunikasi. Perusahaan diharapkan secara kontinyu mampu menjaga komunikasi efektif dengan karyawan. Sepertihalnya konsumen yang baru saja membeli suatu produk, maka proses penjualan bukanlah akhir namun merupakan awal dari rangkaian customer relationship management untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen.

Dapat disimpulkan bahwa penerapan internal branding yang efektif, komunikasi yang konsisten, dan pengambilan keputusan strategis berbasis data, dan pendekatan yang berpusat pada karyawan dapat membantu meningkatkan keterlibatan, mempertahankan karyawan dan menarik pelamar yang sesuai. Dengan belajar dari tantangan yang diidentifikasi dan menerapkan intervensi yang tepat, perusahaan dapat meningkatkan daya tarik dan daya saing pada lingkungan bisnisnya. (Daniel Yudistya Wardhana S.E., MEI, Staf Pengajar Departemen Manajemen FBE UAJY)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB