opini

Ekonomi Sirkular dan Peran Semua Pihak

Selasa, 3 Desember 2024 | 20:40 WIB
Aloysia Desy Pramusiwi, S.E., M.Sc.

KRjogja.com - BELUM ada satu bulan, Menteri Lingkungan Hidup melakukan inspeksi mendadak di Kota Yogyakarta terkait pembiaran dalam penumpukan sampah dan mempertanyakan terkait pengelolaan sampah selama ini. Selain itu, sudah lebih dari satu tahun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup secara permanen karena sudah melebihi kapasitas sehingga mengakibatkan muncul pemberitaan terkait Jogja darurat sampah. Penutupan TPA ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah masih sangat minim dan dampak yang terjadi yaitu adanya penumpukan sampah di banyak titik yang ada di Yogyakarta dan dapat mengarah pada pencemaran lingkungan.

Selain itu, kenyataan bahwa selama ini TPA menjadi tempat penumpukan sampah saja dan bukan menjadi tempat pengelolaan sampah juga menunjukkan masih kurangnya keseriusan berbagai pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dengan demikian, untuk dapat mengubah perilaku dan pola pikir bagaimana TPA tidak hanya menjadi tempat penumpukan sampah, diperlukan kesadaran dari semua masyarakat, pihak swasta dan tentu peran besar wewenang dari pemerintahan untuk menggalakan regulasi terkait Undang-Undang Tentang Pengelolaan Sampah.

Ekonomi Sirkular

Salah satu cara sebagi respon isu lingkungan yang ada yaitu terkait ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular menjadi konsep yang bertentangan dengan model ekonomi linier tradisional yang memiliki prinsip “ambil, buat, buang”. Ekonomi sirkular merupakan model ekonomi dengan berfokus pada pengurangan limbah dan memanfaatkan ulang sumber daya secara maksimal dengan upaya untuk mempertahankan nilai barang, memperbaiki dan mengganti produk yang sudah ada dengan cara yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian, prinsip dari ekonomi sirkular ini tidak hanya fokus dalam pengelolaan sampah di tahap akhir, namun dimulai dari proses produksi, distribusi dan konsumsi barang. Dalam hal bisnis, konsep ini selain fokus pada pengelolaan limbah agar lebih memiliki nilai tambah, tetapi juga bagaimana memberikan inovasi dalam desain produk serta pemanfaatan atau penggunaan kembali sumber daya yang ada sehingga secara langsung dapat berdampak positif pada sosial, masyarakat dan lingkungan.

Konsep dari ekonomi sirkular dapat menjadi salah satu solusi yang memiliki dampak secara signifikan dan jangka panjang terkait darurat sampah yang ada di Yogyakarta. Hanya saja, perlu kesadaran tinggi dari masyarakat terkait hal ini, serta perlu didukung juga dengan perbaikan sistem dan infrastruktur yang ada. Hal tersebut menunjukkan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak khususnya masyarakat, swasta dan pemerintah. Ketika perilaku masyarakat sudah berubah seperti melakukan pemilahan sampah sesuai dengan kategori serta berupaya dalam pengurangan sampah dari aktivitas yang dilakukan, perlu didukung juga dalam hal sistem pengelolaan sampah yang tidak hanya berakhir di TPA sebagai kegiatan penumpukan sampah.

Peran Semua Pihak

Dengan mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular dapat membantu dalam krisis pengelolaan sampah di Yogyakarta. Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk implementasi ekonomi sirkular ini seperti, melibatkan masyarakat dalam melakukan pemilahan limbah rumah tangga berdasarkan jenis sampahnya organik, anorganik, dan residu. Peran pemerintah dalam penerapan sistem daur ulang khususnya untuk sampah anorganik dan residu. Peran swasta untuk dapat menyuntik dana pada Tempat Pengolahan Sampah (TPS) yang menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) sebagai cara dalam mengurangi jumlah sampah yang dibawa pada TPA.

Selain itu, selesainya kontestasi Pilkada juga dapat menjadi ajang pembuktian pada pemimpin yang terpilih untuk dapat secara serius menyelesaikan krisis pengelolaan sampah di Yogyakarta ini. Bagaimana mereka yang terpilih dapat membuat kebijakan dan mengimplementasikan prinsip ekonomi sirkular dan secara khusus membangun kemitraan dengan pihak swasta untuk dapat menciptakan model pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan. Dengan demikian, tidak hanya menyelesaikan permasalahan sampah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru. Setelah kontestasi Pilkada selesai, momentum ini dapat dimanfaatkan oleh pemimpin yang terpilih untuk menunjukkan komitmen nyata dalam menyelesaikan permasalahan sampah. (Aloysia Desy Pramusiwi, S.E., M.Sc.Dosen Departemen Manajemen, Kepala Laboratorium Inovasi Bisnis Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)

 

 

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB