opini

Bulan Membaca

Minggu, 2 Maret 2025 | 15:50 WIB
Maman Suryaman.


KRjogja.com - MARHABAN YA RAMADHAN. Demikian kaum muslim di dunia menyambut bulan yang istimewa. Salah satu keistimewaan adalah membaca. Di dalam Al Baqarah (185) difirmankan bahwa Ramadhan sebagai bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia. Potongan terjemahan ayat ini mengindikasikan bahwa Al Qur’an adalah Kitab yang harus dibaca.

Betapa istimewanya membaca telah diakui masyarakat bangsa di berbagai belahan dunia. Membaca telah dijadikan parameter kemajuan bangsa. Implikasinya membaca dijadikan penciri tumbuhnya keberaksaraan sehingga membaca merupakan hak seluruh umat manusia, tidak hanya karena alasan moral, tetapi juga untuk menghindari hilangnya potensi manusia dan kapasitas ekonomi.

Bayangkan masyarakat tanpa membaca menjadi cermin tingkat moralitas masyarakat suatu bangsa – apakah berperadaban tinggi atau rendah. Selain itu, masyarakat tanpa membaca membuka ruang yang sangat lebar bagi melemahnya potensi manusia. Kepincangan akan menyatu dalam kehidupan. Tentulah kita tidak berharap menjadi bangsa yang rabun membaca. Sebab demikian akan melemahkan kapasitas ekonomi. Bagi masyarakat biliterasi tinggi, membaca sudah menjadi bagian dari bawah sadar. Masyarakat sudah memasuki level masyarakat literat.

Masyarakat demikian mampu memberdayakan dirinya untuk berinovasi dari hasil memahami yang tersurat dan tersirat dari sumber bacaan yang bermutu. Pada puncaknya masyarakat berliterasi tinggi mampu mencipta alat-alat produksi dan kebutuhan hidup serta mampu mengembangkan jasa secara mandiri melalui produksi teknologi.

Ada kabar gembira yang patut menjadi pemantik di dalam menjalankan ibadah puasa dengan tag line “Ramadhan sebagai bulan membaca”. Hasil laporan penelitian Perpusnas (2024) menunjukkan tren positif mengenai minat baca dengan skor 72,93, yang tercatat dalam capaian Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) berkategori tinggi. Peningkatan kegemaran membaca masyarakat Indonesia naik seiring dengan naiknya Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat, yakni dari 69,42 di 2023 menjadi 73,52 di 2024.

Momentum ini tentulah harus dijaga beriringan dengan masa memasuki bulan Ramadhan. Bagaimanapun ikhtiar keilmuan di bulan membaca ini mendapatkan keistimewaan dari sang Pencipta. Bahkan, membaca satu huruf (Al Qur’an) akan mendapatkan sepuluh kebaikan (Al Hadis). Apalagi ikhtiar keilmuan melalui membaca untuk mencapai level literasi yang tinggi, yakni menjadi masyarakat yang produktif, masyarakat yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Masyarakat sebuah negeri (Bernama Indonesia) yang berlomba-lomba untuk mengumpulkan kebaikan dan penuh ampunan Sang Pencipta.

Fondasi bangsa ditandai dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan membaca menjadi awal menuju SDM berkualitas. Dalam tradisi keilmuan Barat dan dilanjutkan oleh para pemikir Muslim, seperti Al Kindi, Al Farabi, Al Gazhali, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusdh membaca dan menulis menjadi jejak peradaban yang sangat tinggi bagi kehidupan manusia hingga kini. Tentulah menjadi sangat relevan hasil riset yang dilakukan Harbinson dan Myers dalam bukunya Manpower and Education bahwa ”Jika suatu negara tidak dapat mengembangkan sumber daya manusianya, negara itu tidak akan dapat mengembangkan apapun, baik sistem politik yang modern, rasa kesatuan bangsa, maupun kemakmuran”.

Negeri yang masyarakatnya berlomba-lomba menuju suatu kemajuan akan menghindarkan diri pembiaran warganya untuk melakukan tindakan-tindakan tercela. Negeri yang tidak akan menutupi suatu kesalahan dengan kesalahan baru. Berbagai fenomena yang mengemuka, seperti pengoplosan bahan bakar, pemagaran laut secara ilegal, korupsi yang merajalela akan dimusnahkan dari negeri tercinta. Formalitas keberagamaan harus terus diterjemahkan sebagai ibadah yang lebih literat.

Simbol-simbol agama harus dielaborasi ke dalam kehidupan yang nyata. Simbol puasa Ramadhan akan menjadi momentum pintu masuk menuju kehendak tersebut dengan membaca sebagai jalan yang paling lembut bahkan dibandingkan dengan angin yang berhembus. Semoga. (Maman Suryaman, Ketua Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa Indonesia dan Guru Besar pada Univesitas Negeri Yogyakarta)

 

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB