opini

Ancaman di Bursa Saham

Rabu, 19 Maret 2025 | 19:50 WIB
Bagong Suyanto.

KRjogja.com - Di tengah kondisi perekonomian yang sedang tidak baik-baik saja, perdagangan di bursa saham dilaporkan sempat dihentikan. Pembekuan perdagangan di bursa saham ini terpaksa dilakukan lantaran mayoritas saham mengalami penurunan hingga 5%. Sejumlah indikator makroekonomi yang cenderung memburuk belakangan ini, langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi kondisi psikologis investor.

Seperti diumumkan Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia secara tertulis, bahwa hari Selasa, 18 Maret 2025 lalu telah terjadi pembekuan sementara perdagangan sistem perdagangan di PT BEI pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan IHSG yang mencapai 5 persen. Perdagangan bursa saham kembali dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan.

Trading halt yang dilakukan PT Bursa Efek Indonesia adalah kebijakan bursa untuk menghentikan perdagangan saham sementara waktu. Hal ini biasanya dilakukan selain untuk mengoreksi hal yang tidak seimbang atau dalam rangka memperbaiki kesalahan teknis, yang acapkali terjadi adalah karena menimbang pergerakan indeks terlalu cepat. Bursa menerapkan langkah pembekuan sementara ini untuk mencegah agar potensi kerugian investor akibat fluktuasi harga yang ekstrem.

Baca Juga: Hasto dan Wawan Bicarakan PSIM, Berharap Ada Orang Jogja Punya Saham hingga Ingin Fasilitas Memadai Pemain Muda Kota

Terancam

Tanda-tanda bahwa bursa saham sedang bermasalah sebetulnya sudah mulai tampak sepekan terakhir. Di media massa kita bisa membaca bahwa IHSG mengawali pekan ini dengan kinerja mengecewakan. Hingga akhir sesi pertama perdagangan Senin, 17 Maret 2025, IHSG terperosok 0,99 persen ke level 6.450,8. Ini tren yang berlawanan arah dengan bursa saham global yang justru cenderung menguat.

Saat ini, bursa saham Indonesia dilaporkan berada di zona merah. Di sesi pertama perdagangan hari Senin tanggal 17 Maret 2025, sebanyak 322 saham tercatat menguat, sementara 303 dilaporkan melemah, dan 221 stagnan, dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,1 triliun, frekuensi trading sebanyak 656.335 kali dan volume trading sebanyak 129,7 juta lot. Kecenderungan memburuk kondisi bursa saham ini, sudah tentu kita harapkan bisa segera tertangani. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tentu harus segera memberikan respon agar kondisi pasar kembali normal.

Meskipun kondisi bursa saham Indonesia saat ini jauh dari kondisi masa krisis keuangan global tahun 2008 yang dipicu kebangkrutan Lehman Brothers yang dampaknya menyebabkan bursa saham di seluruh dunia mengalami penurunan signifikan. Tetapi, bukan tidak segera diambil langkah-langkah yang tepat bukan tidak mungkin dapat terjadi hal yang sama.

Berbeda dengan kondisi bursa saham yang masuk zona merah karena perusahaan terlambat menyerahkan kewajiban denda dan lain-lain, atau karena perusahaan mendapatkan opini disclaimer dalam dua periode berturut-turut. Apa yang terjadi di bursa saham Indonesia belakangan ini tampaknya disebabkan faktor-faktor yang sifatnya struktural, seperti kehawatiran terhadap inflasi, penurunan daya beli masyarakat, ketidakpastian kondisi geopolitik global, dan memburuknya kondisi makro-ekonomi nasional.

Baca Juga: Info BMKG, Hujan Disertai Petir Landa Sejumlah Kota Besar Pada Hari Ini, Yogya Hujan Ringan

Mencegah

Untuk mencegah agar kondisi bursa saham Indonesia tidak terancam kolaps, yang dibutuhkan tentu respon dari pihak otoritas terkait yang tepat dan terukur. Yang penting, otoritas bursa dan OJK seyogianya tidak over reaction yang justru berpotensi menstimulasi reaksi yang berlebihan dari para pelaku pasar.

Perdagangan bursa saham yang menurun diharapkan tidak makin meluas dan kian mendorong investor untuk melakukan aksi jual saham. Pihak di luar otoritas bursa saham ada baiknya bisa menahan diri untuk tidak memberikan komentar yang kontra-produktif. Perdagangan bursa saham adalah aktivitas yang peka terhadap situasi perekonomian nasional maupun global. Kekeliruan dan respon yang salah bukan tiak mungkin malah akan memperburuk situasi.

Kunci terpenting menyikapi kondisi bursa saham kita saat ini adalah bagaimana menjaga kepercayaan para investor. Pada titik ini pemerintah seyogianya mampu menunjukkan bahwa reformasi fiscal yang dikembangkan berhasil meraih kepercayaan para investor. Bursa saham yang kolaps niscaya akan berdampak signifikan terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi dan merebaknya berbagai kasus PHK. Kita tentu tidak berharap kondisi ekonomi kita mengarah ke sana. (Bagong Suyanto, Guru Besar Sosiologi Ekonomi FISIP Universitas Airlangga)

Halaman:

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB