Krjogja.com - Aliran Realisme dalam lukisan muncul pertama kali sekitar pertemgahan abad 19 di Perancis sebagai bentuk perlawanan terhadap aliran romantisme. Berbeda dengan romantisme yang cenderung menperindah dan membuat se-ideal mungkin objek lukisan. Aliran Realisme menampilkan objek sebagaimana adanya, terutama tentang masyarakat pada umumnya, kondisi dan situasi sosial begitu saja. Hal itu beririsan dengan semangat Revolusi Perancis 1948. Pionir Realisme seperti Gustave Corbet dan Jean Claude Francois Millet menggunakan kuas mereka untuk melukiskan kehidupan para pekerja kelas bawah di kota dan pedesaan, dengan penekanan pada realita dan kejujuran dibandingkan keindahan yang ideal.
Realisme menitik beratkan lukisan pada ; Akurasi melalui detil yang sangat mirip dengan objek tanpa melibatkan emosi pelukisnya atau upaya membuat komposisi yang dramatis. Objek biasa sehari-hari, seperti petani, pekerja, atau kehidupan masyarakat tanpa melibatkan mitologi atau pemujaan. Pencahayaan alami dan warna alami untuk memperkuat pesan alami.
Dalam perkembangannya Realisme metamorfosa ke arah Realisme sosial sebagai bagian dari bentuk penggambaran perjuangan masyarakat. Tantangan terhadap Realisme muncul ketika fotografi semakin memperkuat teknik dan menghasilkan foto yang lebih baik. Begitupun hal ini justru makin memperkuat Realisme. Berkembang menjadi seni yang lebih kontemporer dan berkembang dari akar tradisionalnya untuk merangkul teknik, tema dan ambiens baru menjadi Realisme Kontemporer yang terus menjadi salah satu aliran yang paling diminati oleh pecinta lukisan.
Hal itu menjadi bagian yang paling dapat kita nikmati dalam pameran lukisan Real.Is.Me yang digagas oleh Agus Noor di Sangkring Art Project. Membuka pengantarnya dengan mengutip Mario Vargas Llosa, penulis dari Peru yang menurut Agus memang sedang membicarakan realisme dalam prosa, tetapi apa yang dikatakannya itu sesungguhnya bisa berlaku secara umum untuk seni - terutama apa yang kerap disebut dengan "seni realis". Berlatar belakang sebagai penulis, tak heran jika Agus mengutip sesama penulis dalam pengantar pameran lukisan.
Sebagai seorang penggiat seni yang berkiprah melalaui Sanggar Nganu di Jogjakarta, Agus memiliki kegelisahan melihat banyak rekan pelukis yang telah melukis sejak lama namun belum pernah sekali pun mengikuti pameran. “Apa gak bikin frustasi itu”, mengutip Agus. Jiwa seniman yang egaliter dan semangat rewang konco memicu Agus untuk mengadakan Pameran Lukisan Real.Is.Me yang akan berlangsung 4 hingga 17 Mei di Sangkring Art Project.Yogyakarta. Pameran ini dibuka oleh Rieke Diah Pitaloka, politisi yang juga seniman pertunjukan.
Melalui Pameran ini Agus secara jeli melihat dan menempatkan Realisme dalam kacamata kekinian. “Tidak semua lukisan yang dipamerkan merupakan lukisan baru”, demikian Agus menjelaskan. “Saya mencoba menariknya dalam suasana kekinian dan relevan”, lanjut Agus. Jika kita melihat pameran ini, nampkanya Agus berhasil mewujudkan harapannya. Jejak kental Realisme dapat kita lihat pada lukisan karya Wasito Amnam, Semakin Merunduk yang melukiskan seorang perempuan tua menunduk menghaturkan sembah syukur di samping seikat pada dengan bulir yang menguning dan merunduk. Ilmu padi yang merupakan petuah lama secara indah digambarkan Wasito pada lukisan yang selesai dibuat 2014.
Sebuah lukisan karya F. Sigit Santosa, Atas Nama Mawar menarik perhatian penulis. Lukisan yang menggambarkan seorang perempuan berbaring miring tanpa busana dengan bercak merah di sisi paha kanan berisi pesan yang sangat kuat mengenai jalan berat yang harus ditempuhi oleh seorang perempuan tak berdaya. Tulisan Rosa Via Dolorosa pada lukisan mengingatkan pada pada perjalanan suci sangat berat yang ditempuhi Yesus menuju tempat penyaliban. Sebuah simbol perjuangan yang berkelindan dengan keindahan dan kesucian serta pengorbanan. Lukisan ini terhitung baru, dibuat 2021.
Salah satu pertimbangan Agus menampilkan lukisan yang dibuat sudah cukup lama terkait dengan persiapan pameran yang jika dihitung secara total mengambil enam bulan sejak awal hingga pembukaan. Agus menjaring para seniman yang sudah sejak lama melukis dan merupakan bagian dari Sanggar Nganu yang ia nakhodai. Agus berharap melalui pameran ini minat pecinta lukisan kembali bergeliat dan menggairahkan seniman lukisan Yogyakarta untuk terus berkarya. (*)
F. Hadijanto (Pengamat Seni)