opini

Qurban dan Modernitas Manusia

Sabtu, 31 Mei 2025 | 13:40 WIB
Fokky Fuad Wasitaatmadja (Ist)

Oleh:
Fokky Fuad Wasitaatmadja
Universitas Al Azhar Indonesia

MODERNISASI peradaban membawa sebuah konsekuensi kemudahan hidup bagi manusia. Semakin mudah manusia menggapai keinginannya melalui terapan penggunaan teknologi. Pengembangan pengetahuan dan teknologi bertumpu pada rasionalitas akal sehat, dan penggunaan akal semakin mempertajam pemikiran manusia. Disukai atau tidak ilmu pengetahuan dan juga teknologi membuat manusia semakin cerdas tetapi juga berpotensi menjauhkan ketergantungan antar manusia. Kita tak lagi berhubungan dengan hati, karena teknologi telah menggantikannya.

Teknologi yang mempermudah manusia ini juga semakin membuat manusia perlahan terasingkan dalam kedekatannya pada Tuhan dan sesama manusia. Kuantitas manusia yang semakin banyak, hanya menjadikan manusia semata kerumunan individual tanpa ikatan rasa persaudaraan.

Manusia berjalan bersama tetapi abai atas terjadinya kesulitan. Sejumlah banyak manusia melangkah bersama tanpa mempedulikan adanya penderitaan orang yang ada di sampingnya. Manusia yang melangkah sendiri-sendiri tanpa identitas kemanusiaan apapun yang melekat padanya. Segenap nilai kebendaan menjadi jalan hidup bagi manusia, dan motif gerak kesemuanya diliputi oleh semangat materialisme.

Manusia moderen tentu tidak menyembah patung karena rasionalitasnya, tetapi hakikat penyembahannya tetap sama. Manusia yang mengaku Allah sebagai Tuhannya, tetapi mengerahkan segenap potensi hidupnya untuk benda berhala-berhala modernitas: harta dan kuasa. Modernitas semakin membenamkan nilai kemanusiaan manusia, hingga kehilangan ruh spiritualismenya.

Idul Qurban hadir bukan sebagai perayaan seremoni, melainkan membangun kembali identitas manusia sebagai makhluk imateri Ketuhanan nan humanis. Nabi Ibrahim a.s. kala itu tidak mengurbankan hewan, melainkan Allah memintanya untuk mengurbankan sesuatu yang sangat dicintainya. Sesuatu itu adalah anak kandungnya, Ismail.

Ismail a.s. adalah bentuk objek segala kecintaan Ibrahim a.s., dan Allah hendak mengetahui seberapa besar manusia mampu menghilangkan rasa cinta keduniawiannya dibandingkan cinta padaNya. Atas kuasanya Allah mengganti tubuh Ismail dengan hewan qibas yang gemuk dan besar sebagai simbol dari objek harta dan segenap identitas kecintaan manusia atas materialisme duniawi.

Kini tak lagi Allah meminta manusia untuk menyembelih seorang anak kesayangan, melainkan hewan yang ternak terbaik: kambing, qibas, unta, sapi, atau kerbau sebagai simbol kecintaan dunia kuasa manusia. Sapi, unta, kerbau, kambing secara historis adalah simbol kekayaan dunia manusia. Dalam tradisi masyarakat Jawa hewan tersebut dinamakan rojo koyo atau sumber kekayaan manusia.

Manusia yang secara historis menggunakan hewan ternak tersebut dalam sarana membangun kekayaan, kuasa, juga kejayaan dalam banyak tradisi di dunia. Begitu pentingnya rojo koyo tersebut, hingga secara teologi, Allah mengabadikan sang rojo koyo dalam al-Qur'an melalui surah al-Baqarah. Dalam al-Qur'an Allah mengisahkan sapi sebagai hewan ternak tidak saja sebagai sumber kekayaan, melainkan juga simbol teologi bagi pengikut Samiri (Qs.[7]:148), sedangkan Musa a.s. hanya memerintahkan mengurbankan seekor sapi atas perintah Allah (Qs.[2]:67).

Modernitas peradaban manusia rupanya masih tetap menghasilkan Samiri dalam produk yang moderen pula, walau Allah memerintahkan menggunakan sapi (harta dan kuasa) sebagai sarana hidup, tetap tarikan dan ajakan Samiri untuk menuhankan sapi (harta dan kuasa) masih tetap kuat. Hewan qurban adalah simbol harta dan kuasa yang harus kita sembelih dalam jiwa sebagai sarana teologis mendekat pada Allah dan membersihkan segenap jiwa kita dari ajakan dan tarikan Samiri moderen (Qs.[22]:37). Qurban juga mengajak manusia untuk tetap menumbuhkan rasa humanisme terhadap penderitaan sesama. Kepedulian atas segala derita yang dirasakan oleh sesama umat manusia menunjukkan kualitas kedekatan padaNya. (*)

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB