opini

Research University

Rabu, 3 Desember 2025 | 17:20 WIB
Prof. Dr. Junaidi, M.Si., Ak., CA.

KRjogja.com - PERDEBATAN Itentang kualitas pendidikan tinggi kian mengemuka seiring dengan tuntutan global yang menempatkan riset sebagai jantung kemajuan suatu bangsa. Beberapa tahun terakhir pemerintah mulai mendorong kampus untuk bertransformasi dari teaching university ke research university. Sudah tentu perubahan ini tidak hanya tentang bagaimana mengganti label, namun mengubah paradigma, budaya kerja, serta tata kelola suatu institusi.

Pertanyaan mendasar apakah kampus di Indonesia sudah siap dengan hal tersebut? Melihat fenomena yang ada bahwa secara historis sebagian besar perguruan tinggi Indonesia masih menghadapi beban besar pada aspek pengajaran dan administrasi, sehingga riset seringkali bukan menjadi prioritas. Hal ini sangat memengaruhi konsistensi dan kualitas riset di tingkat nasional.

Sebagian besar dosen masih berfokus pada mengajar, mengelola kelas, dan menyelesaikan beban SKS. Riset kerap menjadi pekerjaan tambahan, bukan prioritas kelembagaan bahkan seakan penelitian hanya menjadi pelengkap penderitaan dosen, disamping pengabdian kepada masyarakat.

Bertransformasi menuju research university menuntut perubahan paradigma. Kegiatan penelitian tidak lagi dipahami semata-mata sebagai pemenuhan angka kredit atau syarat kenaikan jabatan, melainkan sebagai upaya sistematis untuk menemukan kebenaran ilmiah yang dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.

Konsep yang dicanangkan pemerintah melalui Kemendiktisaintek tentang kampus berdampak tentu tidak akan tercapai jika paradigma kampus, dosen, dan civitas akademika tidak berubah terkait penelitian. Konsep kampus berdampak bagi peningkatan kesejahteraan Masyarakat, mestinya adalah dampak dari hasil penelitian ilmuwan yang bisa diidentikan dengan dengan produk perguruan tinggi.

Penelitian mestinya bukan menjadi beban tetapi nafas akademik. Tentu pandangan ini sangatlah penting, meskipun tidak mudah untuk mengubah paradigma ini. Paling tidak ada tiga hal mendasar yang perlu diubah. Pertama, tentang budaya akademik yang mendukung penelitian.

Dalam konteks ini adalah dosen sebagai peneliti perlu memiliki waktu untuk berpikir secara mendalam, tidak tersita dengan kegiatan administratif yang berjarak dengan dunia akademik. Selain dosen, kampus atau pengelola perguruan tinggi juga harus memikirkan kontribusi yang diberikan kepada dosen agar dapat melakukan penelitian dengan baik. Tanpa dukungan pendanaan dari Lembaga, sangat sulit untuk mewujudkan impian menjadi research university.

Meskipun pemerintah pusat telah menyiapkan dana penelitian melalui kompetisi, namun peran kampus juga signifikan untuk mewujudkan hal tersebut. Tidak sedikit pengelola perguruan tinggi tutup mata terkait dengan bantuan penelitian dan publikasi dosen. Seakan penelitian itu kewajiban dosen yang terlepas dari kampus. Disatu sisi kampus menuntut dosen untuk menaikan kualitas penelitian dan publikasi, tetapi sisi lain enggan untuk mendukung kinerja dosen dibidang penelitian.

Kedua tata Kelola yang mendorong produktivitas. Kampus perlu berani merombak beban kerja dosen. Di banyak kampus maju, porsi mengajar jauh lebih kecil dibanding riset. Di Indonesia, justru sebaliknya, dosen dibebani terlalu banyak jam mengajar sehingga ruang untuk riset makin sempit. Penghargaan dosen hanya sebatas SKS yang menjadi kewajiban yang harus dilakukannya. Tanpa perubahan struktur kerja ini, cita-cita menjadi research university hanya akan berhenti sebagai slogan.

Ketiga, penelitian yang berorientasi pada dampak, tidak hanya mengejar rating publikasi. Dalam kaidah ilmiah, riset yang baik adalah memiliki kontribusi pada pengembangan pengetahuan, pada praktik dan berkontribusi pada kebijakan. Publikasi tetap penting, tetapi bukan satu-satunya yang menjadi tolok ukur. Penelitian harus memberi hasil yang nyata terkait dengan teknologi tepat guna, rekomendasi kebijakan, inovasi sosial, sampai paten. Dampak inilah yang membedakan resedari kampus yang hanya berfokus pada pengajaran.

Mewujudkan research university tidak hanya sekedar mengikuti tren global, namun menjadi kebutuhan mendasar agar kampus di Indonesia bisa bersaing dalam ekonomi berbasis pada pengetahuan. Perubahan ini tentu membutuhkan kepemimpinan yangb visioner, kemampuan merombak budaya akademik, dan memiliki komitmen dalam mendukung pendanaan penelitian. (Prof Dr Junaidi MSi Ak CA, Guru Besar UTY)

 

Tags

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB