Kematian Puno menjadi suatu hal yang begitu kental disajikan dan bukan hanya Tala yang ditampakkan kesedihannya. Kegelisahan Puno yang harus meninggalkan Tala anaknya pun juga dipamerkan dengan begitu kuat di pementasan.
Papermoon Puppet Theatre seolah-olah ingin menyampaikan kepada kami yang kehilangan bahwa mereka yang pergi pun tetap ada bersama kita. Kami yang hadir pun dipaksa untuk kembali pada jati diri kami sebagai seorang anak.
 Tampaknya, bukan hanya kami yang merasakan pesan mendalam yang ingin disampaikan Puno selama pementasan. Di akhir pertunjukan, konseptor Maria Tri Sulistyani atau yang dikenal sebagai Ria menjelaskan kepada kami tentang sekumpulan kapal kertas yang sedari awal telah digantung di langit-langit studio.
“Setelah ini, kami mengajak kawan-kawan untuk turun ke panggung dan melihat kapal kertas yang sudah kami gantung di langit-langit. Kawan-kawan bisa lihat kalau di setiap kapalnya berisi ‘pesan kepada langit’ dari mereka yang ditinggalkan oleh orang-orang tersayang,†papar Ria.
Ia juga menjelaskan bahwa pesan tersebut mereka kumpulkan dari mereka yang ingin menyampaikan pesan kepada mendiang orang kesayangan. Pesannya pun bermacam-macam. Ada yang singkat. Ada pula yang begitu panjang sampai saya ingin menangis ketika membacanya. Bahasanya bahkan ada yang bahasa Tagalog.
Penonton membaca pesan untuk langit yang ditulis di kapal kertas.Â