Pentas Katrok Merindukan Bulan, Penonton Jadi Saksi Hasil Matching Fund

Photo Author
- Senin, 16 Oktober 2023 | 12:43 WIB
Pementasan Katrok Merindukan Rembulan (Foto: Warisman)
Pementasan Katrok Merindukan Rembulan (Foto: Warisman)

Krjogja.com, YOGYA - Puncak dari workshop Matching Fund (MF) Prodi Teater Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang bermitra dengan Teater Sani, adalah pementasan 'Katrok Merindukan Rembulan', di Pendapa Tobratan Wirokerten Banguntapan Bantul, Minggu (15/10) malam.

Pementasan teater rakyat, pemain dan penonton saling berinteraksi.

"Cerita dan rancangan pementasan semua dikerjakan oleh peserta workshop, kami selalu mendampingi," jelas Ketua Pengusul dan Penggagas Hibah MF, Prof Dr Yudiaryani MA sebelum pentas dimulai.

Baca Juga: LPKS Berperan Penting dalam Pengembangan SDM Indonesia

MF merupakan program dari Kemendikbudristekdikti dengan platform corporate theater. Selanjutnya Yudiaryani berencana menawarkan lagi kepada Kemendikbudristekdikti, program MF untuk komunitas lainnya.

Sedangkan Dekan Fakultas Seni Pertunjukkan (FSP) ISI Yogyakarta Dr I Nyoman Cau MSn menyebutkan tamu menjadi saksi hasil keluaran MF.Harapannya apa yang sudah dicapai dapat membantu membangkitkan kreatifitas dan kualitas seni di Teater Sani dan DIY.

Program bisa menjadi simbiosis mutualisme pihak perguruan tinggi dan komunitas seni sebagai mitra.

Baca Juga: Sambut World Rabies Day, 200 Dosis Gratis Vaksinasi Disuntikkan 

Karena menghadirkan peluang yang bermanfaat bagi dosen, mahasiswa maupun komunitas itu sendiri. Maka Dekan FSP ISI Yogyakarta itu berharap program ini bisa tumbuh, berkembang dan berlanjut.

Cerita 'Katrok Merindukan Rembulan' yang ditulis oleh Lanang Musande merupakan rangkuman ide dari para pemain yang menyodorkan enam sinopsis.

Sutradara oleh Pimpinan Teater Sani Dr Seny Saleh MPd. Ceritanya tentang berbagai manusia dengan segala karakter memiliki keinginan, kepentingan dan permasalahan.

Baca Juga: MK Kabulkan Pencabutan Gugatan Batas Usia Capres - Cawapres

Solusi permasalahan terserah pada mereka, belum tentu satu sama lain menjadi klop sosial. Muncul perbedaan yang tidak bisa ditoleransi, akhirnya mewujud dalam bentuk konflik, baik pribadi, sosial, tertutup maupun terbuka.

Ibaratnya semua katrok dari zaman ke-zaman, semua manusia merindukan kebahagiaan (Rembulan) dengan cara dan solusi berwarna-warni. Akhirnya semua menjadi sadar oleh keadaan yang tidak diperhitungkan pada awal mulanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ratusan Anak Meriahkan Gelar Karya Koreografi Tari Anak

Minggu, 14 Desember 2025 | 13:00 WIB

'Penelanjangan Drupadi' Jadi Pembelajaran Lewat Tari

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:40 WIB

Sembilan Negara Ikuti Jogjakarta Karawitan Festival

Jumat, 5 Desember 2025 | 08:27 WIB

Obah Bareng untuk Anak Sedunia

Minggu, 23 November 2025 | 12:18 WIB
X