Awalnya Irul jualan bibit buah dengan cara konvensional. Setelah seorang kawan di Semarang mengenalkan jualan online, Irul mencoba online marketing tersebut. Platform media sosial saat itu ia manfaatkan untuk jualan mulai dari facebook, twitter dan blog.Â
"Pertama jualan online tidak langsung laku, nunggu 6 bulan baru ada yang beli. Saya masih ingat pertama tanaman saya laku itu bulan November 2011, ada 10 tanaman buah," kata Irul. Jualan bibit tanaman secara online ternyata membuka pintu rezeki bagi Irul. Setelah itu pesanan datang terus menerus.Â
Meski demikian, jatuh bangun juga pernah dirasakannya. Ia pernah ditipu orang yang membeli 10 ribu bibit tanaman, namun hanya dibayar ongkos transportasinya. Saat Irul datang ke rumah orang tersebut, kondisi rumah orang itu membuatnya iba. Dirinya tidak jadi menagih, justru memberikan uang saku untuk anak orang yang menipunya itu.Â
"Saya ambil hikmahnya saja, justru setelah kena tipu semakin banyak orang yang membeli bibit ke saya," ujarnya. Selain kena tipu, awal ia mengirim ke luar pulau, banyak bibit yang mati. Itu karena Irul tidak tahu cara packing yang benar. Salah satu pembeli kemudian mengajarinya bagaimana mengirim tanaman agar tidak rusak.Â
Jasa Ekspedisi Jadi Ujung TombakÂ
Jasa pengepakan atau packing sebelum diangkut jasa logistik tumbuh di Dusun Kebonkliwon. (Agung Purwandono)
Setelah merasakan keuntungan jualan online, Irul merasa harus berbuat sesuatu untuk tempat kelahirannya. Ia kemudian mengajak petani bibit tanaman untuk jualan online agar menjangkau pembeli yang lebih luas, namun ajakan tersebut ditanggapi dingin. Ia kemudian melihat banyak anak muda yang nongkrong tanpa aktivitas yang jelas.Â