Makam Ratu Malang dan Kisah Cinta yang Memilukan

Photo Author
- Minggu, 5 Juli 2020 | 23:50 WIB
Makam Ratu Malang dan pendereknya di inti bangunan. (Foto: Wulan Yanuarwati)
Makam Ratu Malang dan pendereknya di inti bangunan. (Foto: Wulan Yanuarwati)

SITUS makam Ratu Malang yang terletak di atas Bukit Gunung Kelir, Pleret, Bantul, Yogyakarta dibangun oleh Amangkurat I, seorang Raja Kasultanan Mataram yang memerintah pada 1646 hingga 1677. Kompleks makam dibangun selama kurang lebih tiga tahun yakni pada 1665 hingga 1668 yang kemudian diberi nama Antaka Pura yang berarti Istana Kematian atau Istana tempat menguburkan jenazah. Pada kompleks makam terdiri dari puluhan nisan yang dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni puluhan nisan di halaman depan, satu nisan di belakang, dan beberapa nisan di halaman inti berpagar.

Puluhan nisan yang berada di Kompleks tersebut adalah para sinden dan penabuh gamelan, satu nisan dibelakang adalah pusara suami Ratu Malang dan beberapa nisan di halaman inti adalah pusara Ratu Malang dan beberapa pendereknya (pembantu).

Lalu siapakah Ratu Malang itu?




-

Petunjuk jalan menuju cagar budaya Ratu Malang

Juru kunci Makam Ratu Malang, Surakso Sardjito alias pak Jito secara singkat menceritakan Ratu Malang yang bernama asli Retno Gumilang adalah salah satu selir Amangkurat I yang paling cantik, paling dicintai, dan membuat Sang Raja mabuk kepayang.

Kecintaannya terhadap Ratu Malang terlalu berlebihan sehingga mengabaikan urusan negara. Selain itu puluhan selir lainnya tersingkir karena kehadirannya. Bahkan Permaisuri dibuang oleh Sang Raja lalu mengangkat Ratu Malang sebagai penggantinya. Itulah sebabnya dinamakan Ratu Malang.

"Malang (menghalangi) diantara puluhan selir. Bahkan permaisuri dibuang ke Kauman," kata Pak Jito.

Lebih lanjut, Pak Jito menceritakan bahwa Retno Gumilang sebelumnya sudah memiliki suami bernama Ki Dalang Panjang Mas, seorang dalang terkenal di era Kerajaan Mataram dan Retno tengah hamil dua bulan saat tengah terjadi 'perebutan' tersebut.

Amangkurat I terpesona dengan kecantikan sang sinden dan mengutarakan keinginannya untuk mempersuntingnya namun ditolak oleh Ki Dalang Panjang Mas. Meski begitu, Amangkurat tetap bersikukuh dan memaksakan kehendaknya.

"Ratu Malang tidak mau dibawa oleh Amangkurat, lalu mereka diundang untuk main wayang dan kemudian diracun semua (dalang, sinden, pemain gamelan), hanya tersisa Ratu Malang yang segera dijadikan permaisuri. Akhirnya dia minum racun dan mati menyusul suaminya. Cinta sejati to mbak," ungkap Pak Jito.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Manusia Unggul Indonesia Dambaan Ki Hadjar Dewantara

Kamis, 18 Desember 2025 | 17:54 WIB

Cashless Pangkal Boros?

Rabu, 17 Desember 2025 | 23:35 WIB

Festival Jaranan Bocah Meriahkan Desa Besowo Kediri

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:15 WIB

JOS Atau 'Ngos'

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:10 WIB

Digital Multisensory Marketing

Selasa, 16 Desember 2025 | 08:10 WIB

Krisis Kehadiran Publik

Senin, 15 Desember 2025 | 08:55 WIB

Kutukan Kekayaan Alam

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:10 WIB

Ilmu Dekave

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:50 WIB

Mengetuk Peran Bank Tanah dalam Penyediaan Rumah

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:10 WIB

Omnibus Law, Omnibus Bencana

Selasa, 9 Desember 2025 | 13:22 WIB

Korban Bencana Butuh 'UPF'

Minggu, 7 Desember 2025 | 20:50 WIB

Payment for Ecosystem Services

Minggu, 7 Desember 2025 | 18:00 WIB

Kutukan Sumber Daya

Sabtu, 6 Desember 2025 | 23:00 WIB
X