“Yang paling memengaruhi terkait kasus DBD bukan curah hujan, malah kelembapan udara,†kata dia.
Marjuki mengungkapkan pengkajian yang bekerja sama dengan sejumlah lembaga tersebut menunjukkan kecocokan iklim dan cuaca dengan pertumbuhan perkembangbiakan nyamuk.
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan kelembapan udara di atas 75 persen menjadi musim kawinnya nyamuk untuk kemudian berkembang biak jadi lebih banyak.“Ini jadi jawaban kenapa di Arab Saudi nggak ada nyamuk karena sangat kering. Dan kenapa di hutan banyak banget nyamuknya karena kelembapannya tinggi,†kata Yurianto.
Dia menyebutkan hasil kajian ini akan dijadikan suatu model untuk upaya pencegahan guna mengurangi risiko kasus demam berdarah.“Kita harapkan, kalau kita sudah punya polanya sebelum itu sudah menuju kelembapan sekian kita harus gencar sosialisasikan ke masyarakat, promosikan kesehatan. Bukan setelah kejadian baru kita cari nyamuknya,†jelas dia.
Dia mengatakan Kementerian Kesehatan mengevaluasi kejadian bencana yang terjadi pada 2018 sebagian besar karena hidrometeorologi yang seharusnya dapat diantisipasi.
Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes yang
biasanya menjadi induk penanganan bidang kesehatan saat bencana kini mengupayakan antisipasi risiko bencana ketimbang upaya kuratif.(ati)