KRjogja.com - ANEMIA dan STUNTING adalah dua masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak-anak, terutama di negara berkembang. Keduanya dapat saling memengaruhi dan memiliki dampak jangka panjang pada perkembangan fisik, kognitif, dan kesehatan secara keseluruhan.
Anemia adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, dan jika kadar hemoglobin rendah, tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen, yang dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, pusing atau kepala terasa ringan, kulit pucat, sesak napas dan detak jantung yang cepat.
Menurut Ikatan Doker Indonesia (IDI) Kabupaten Grobogan (idikabgrobogan.org), anemia pada anak sering disebabkan oleh kekurangan zat besi, meskipun bisa juga disebabkan oleh kekurangan vitamin B12, folat, atau gangguan lainnya seperti infeksi atau kelainan darah.
Di sisi lain, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kurangnya gizi dalam waktu lama, yang menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Stunting biasanya diukur berdasarkan tinggi badan anak yang lebih rendah dari standar yang seharusnya untuk usia mereka.
Stunting dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan perkembangan fisik dan kognitif, menurunnya kemampuan belajar dan prestasi sekolah serta peningkatan risiko penyakit kronis di kemudian hari.
Pengaruh Anemia terhadap Stunting
1. Penghambat Pertumbuhan Fisik:
Anemia mengurangi pasokan oksigen ke tubuh, termasuk ke jaringan tubuh yang sedang berkembang. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan tulang dan jaringan tubuh lainnya pada anak-anak, yang bisa berkontribusi pada stunting. Ketika tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi, pertumbuhannya menjadi terhambat.
2. Pengaruh pada Perkembangan Otak:
Kekurangan oksigen akibat anemia juga mempengaruhi perkembangan otak. Anak yang anemia sering kali memiliki keterlambatan dalam kemampuan belajar dan perkembangan kognitif. Ini dapat berpengaruh pada kemampuan mereka untuk beradaptasi dan berkembang secara sosial dan intelektual, yang juga terkait dengan stunting.
3. Penyebab Lingkaran Setan:
Anemia dan stunting sering kali terjadi bersama-sama dan membentuk siklus yang sulit dihentikan. Anak yang mengalami stunting mungkin lebih rentan terhadap anemia karena kurangnya gizi yang cukup untuk mendukung pembentukan sel darah merah yang sehat. Sebaliknya, anak yang anemia mungkin tidak memiliki energi atau nafsu makan yang cukup untuk makan dengan baik, yang bisa memperburuk stunting.
4. Kekurangan Zat Gizi:
Zat besi yang merupakan penyebab utama anemia juga berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Jika seorang anak kekurangan zat besi, hal ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi sel darah merah yang sehat, serta mengganggu proses pertumbuhannya. Begitu pula, kekurangan vitamin A, vitamin D, protein, dan mikronutrien lainnya dapat berkontribusi pada kedua masalah ini.
Dampak Jangka Panjang
Anemia dan stunting memiliki dampak jangka panjang yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan potensi anak. Anak yang mengalami stunting dan anemia berisiko tinggi untuk:
Gangguan kognitif dan prestasi akademik yang buruk, yang dapat membatasi kesempatan kerja dan penghasilan di masa depan.
Masalah kesehatan jangka panjang, seperti peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, dan masalah kesehatan lainnya.
Keterlambatan fisik yang bisa berlanjut hingga usia dewasa, mengurangi kualitas hidup mereka.
Penanganan Anemia dan Stunting
Untuk mengatasi kedua masalah ini, pendekatan holistik diperlukan, yang mencakup: