KEBUTUHAN tidur seseorang dapat berubah-ubah sepanjang hidup, bergantung pada faktor seperti usia, tingkat aktivitas fisik, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan pola hidup sehari-hari. Saat menghadapi stres atau sedang sakit, tubuh biasanya memerlukan waktu tidur yang lebih banyak.
Meskipun kebutuhan tidur bisa berbeda-beda untuk setiap individu dan situasi, para ahli umumnya menyarankan agar orang dewasa tidur antara tujuh hingga sembilan jam per malam.
Tidur merupakan kebutuhan biologis yang esensial untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Meski banyak perhatian diberikan pada risiko kurang tidur, tidur berlebihan juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Menurut healthlone.com, tidur terlalu lama diartikan sebagai tidur setidaknya 10 jam dalam periode 24 jam. Tidur berlebihan yang terjadi sesekali mungkin merupakan bentuk kompensasi tubuh terhadap kurang tidur di hari-hari sebelumnya.
Namun, tidur berlebihan juga bisa menjadi gejala kondisi medis yang dikenal sebagai hipersomnia. Penderita hipersomnia mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari yang tidak hilang meskipun sudah tidur siang, dan cenderung tidur sangat lama di malam hari. Selain itu, banyak orang dengan hipersomnia juga mengalami gejala lain seperti kecemasan, kelelahan yang berkepanjangan, serta gangguan daya ingat akibat kebutuhan tidur yang tidak biasa.
Baca Juga: Lewat Inovasi, Mahasiswa Magang Amikom Bantu Berdayakan UMKM
Dampak Negatif Tidur Berlebihan terhadap Kesehatan
Kenaikan Berat Badan (Obesitas)
Menurut webmd.com, baik tidur dalam durasi yang terlalu lama maupun terlalu singkat bisa berkontribusi terhadap peningkatan berat badan. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa individu yang tidur selama sembilan hingga sepuluh jam setiap malam memiliki risiko 21% lebih tinggi mengalami obesitas dalam jangka waktu enam tahun, dibandingkan dengan mereka yang tidur antara tujuh hingga delapan jam. Hubungan antara durasi tidur dan obesitas ini tetap kuat bahkan setelah mempertimbangkan faktor pola makan dan tingkat aktivitas fisik.
Sakit Kepala
Bagi sebagian orang yang rentan, tidur lebih lama dari biasanya saat akhir pekan atau libur bisa memicu timbulnya sakit kepala. Para peneliti menduga hal ini berkaitan dengan dampak tidur berlebih terhadap keseimbangan zat kimia di otak, seperti serotonin. Selain itu, kebiasaan tidur siang yang terlalu lama hingga mengganggu pola tidur malam juga dapat menyebabkan sakit kepala keesokan paginya.
Risiko Penyakit Jantung Lebih Tinggi
Sebuah penelitian yang melibatkan hampir 72.000 wanita menemukan bahwa mereka yang tidur selama sembilan hingga sebelas jam per malam memiliki kemungkinan 38% lebih besar terkena penyakit jantung koroner dibandingkan dengan mereka yang tidur selama delapan jam. Meskipun mekanismenya belum sepenuhnya dipahami, para ahli mencatat adanya kaitan yang signifikan antara tidur berlebihan dan peningkatan risiko gangguan jantung.
Baca Juga: Lamine Yamal Perpanjang Kontrak dan Resmi Pakai Nomor 10 Barcelona
Depresi
Menurut informasi dari bjc.org, tidur dalam durasi yang berlebihan turut dikaitkan dengan meningkatnya risiko depresi. Tidur terlalu lama dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh serta memengaruhi produksi serotonin, zat kimia di otak yang berperan penting dalam mengatur emosi dan suasana hati.
Ketika kadar serotonin tidak seimbang, seseorang dapat mengalami perubahan mood yang ekstrem dan gejala depresi yang semakin parah. Di samping itu, orang yang sering tidur terlalu lama umumnya memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, dua faktor yang turut memperburuk kondisi depresi atau memicunya.