Awas, Anemia Bisa Picu Gangguan Penglihatan dan Menghambat Memori Anak

Photo Author
- Senin, 28 Juli 2025 | 11:55 WIB
Danone Indonesia sebagai perusahaan yang berfokus pada kebutuhan nutrisi, berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam upaya penanggulangan stunting dan pencegahan anemia melalui pendekatan berbasis e (Istimewa )
Danone Indonesia sebagai perusahaan yang berfokus pada kebutuhan nutrisi, berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam upaya penanggulangan stunting dan pencegahan anemia melalui pendekatan berbasis e (Istimewa )

KRJOGJA.com -Jakarta-Anemia dan gangguan penglihatan pada anak menjadi tantangan dalam kesehatan anak di Indonesia. Keduanya tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga menghambat fungsi kognitif penting seperti memori kerja, yang berperan besar dalam proses belajar dan berpikir.

 Menurut WHO, sekitar 25 persen anak usia sekolah di seluruh dunia mengalami anemia. Dalam Jurnal Plos One 2023 disebutkan bahwa hampir 50 persen kasus anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi, yang terbukti berkorelasi negatif dengan perkembangan kognitif anak.

Melalui studi yang melibatkan 335 anak usia sekolah dasar di Jakarta, ditemukan bahwa sekitar 19,7 persen anak mengalami anemia dan 22,1 persen memiliki gangguan kerja memori. 

Baca Juga: Bupati dr Amalia Desiana Resmikan 3 SPPG

Anak dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah secara signifikan menunjukkan performa memori kerja yang lebih buruk. 

“Ini menunjukkan bahwa anemia bukan hanya masalah fisik, tetapi juga berdampak nyata pada fungsi kognitif dan kemampuan belajar anak,” kata Medical & Scientific Affairs Director Nutricia Sarihusada, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, di Jakarta, Minggu (27/7).

Dipaparkan, hasil studi yang memperlihatkan bagaimana anemia akibat defisiensi zat besi berdampak langsung pada fungsi kognitif anak.

Baca Juga: Jean-Paul Van Gastel Ungkap Keinginan Tambah Pemain PSIM

Dijelaskan, bahwa studi menunjukkan anak-anak dengan gangguan memori kerja memiliki kadar hemoglobin yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan anak dengan fungsi memori kerja normal. 

Hal ini memperkuat kaitan antara anemia, khususnya akibat defisiensi zat besi, dengan terganggunya kemampuan belajar dan berpikir anak. Selain itu, anak yang mengalami stunting (tinggi badan di bawah standar) tercatat memiliki risiko tiga kali lebih tinggi mengalami gangguan memori kerja, yang mengindikasikan dampak jangka panjang dari malnutrisi terhadap perkembangan otak.

Ditambahkan, rendahnya asupan protein dan lemak pada anak usia sekolah dapat memperparah dampak anemia terhadap fungsi kognitif. Oleh karena itu, dibutuhkan program nutrisi berbasis sekolah yang fokus pada pemenuhan zat besi dan protein untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar dan fungsi memori anak secara menyeluruh.

Baca Juga: SEMINAR NASIONAL DPP IKA UNY, Pembelajaran Mendalam Sebagai Solusi Abad 21

Sementara itu, Director Kemitraan dari Indonesian Health Development Center (IHDC), Dr. Kianti R. Darusman, M.Sc., PhD, menyampaikan bahwa gangguan penglihatan seperti refractive error (rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisme) yang tidak ditangani dengan tepat dapat mengganggu proses belajar anak.

“Sebab sebagian besar aktivitas belajar di sekolah bersifat visual, anak dengan penglihatan terganggu perlu berusaha lebih keras untuk memahami informasi. Hal ini dapat menurunkan efisiensi memori kerja dan berdampak pada kemampuan belajar secara keseluruhan,” jelas Dr. Kianti.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Lego Jadi Terapi Relaksasi untuk Orang Dewasa

Rabu, 26 November 2025 | 15:35 WIB
X